Selasa, 30 Agustus 2011
Ubud
Puri Wulandari - A Boutique Resort & Spa
Desa Kedewatan, Bali, 80571 Ubud (Tampilkan peta)
Menampilkan perabotan kayu yang cantik dan tempat tidur 4-tiang, vila-vila berkonsep terbuka ini membuka ke arah pemandangan taman yang menenangkan. Semua unit memiliki ruang rias, area lounge yang nyaman, dan shower tradisional di luar ruangan.
Untuk rekreasi, terdapat sebuah salon kecantikan dan meja layanan wisata yang akan membantu dengan pengaturan tamasya. Fasilitas lainnya mencakup perpustakaan dengan beragam pilihan buku, DVD, dan CD.
Transfer mobil ke dan dari bandara juga tersedia. Puri Wulandari - A Boutique Resort & Spa juga menyediakan antar-jemput 4 kali sehari ke Ubud.
Berspesialisasi dalam hidangan Italia, Legong Terrace menawarkan sarapan dan makanan ringan. Pemandangan yang indah menemani santapan internasional di Janger Restaurant, sedangkan Barong Cocktail Bar adalah pilihan yang ideal untuk minum-minum setelah bersantap.
Untuk rekreasi, terdapat sebuah salon kecantikan dan meja layanan wisata yang akan membantu dengan pengaturan tamasya. Fasilitas lainnya mencakup perpustakaan dengan beragam pilihan buku, DVD, dan CD.
Transfer mobil ke dan dari bandara juga tersedia. Puri Wulandari - A Boutique Resort & Spa juga menyediakan antar-jemput 4 kali sehari ke Ubud.
Berspesialisasi dalam hidangan Italia, Legong Terrace menawarkan sarapan dan makanan ringan. Pemandangan yang indah menemani santapan internasional di Janger Restaurant, sedangkan Barong Cocktail Bar adalah pilihan yang ideal untuk minum-minum setelah bersantap.
Kamar Hotel: 34
Selengkapnya di http://www.booking.com/city/id/ubud.id.html?aid=331508;label=ubud-Th_47Lsp4e3_IDw49dWppgS6924717913;ws=
Nusa Dua
Grand Hyatt Bali
PO. BOX 53 NUSA DUA, 80363 Nusa Dua (Tampilkan peta)
Terletak di Nusa Dua, Grand Hyatt Bali menawarkan kamar-kamar yang luas dengan balkon pribadi. Hotel memiliki 5 kolam renang outdoor, spa berperalatan lengkap, dan 8 pilihan bersantap. Tersedia parkir gratis.
Kamar-kamar mewah di Bali Grand Hyatt menampilkan dekorasi modern dan cahaya alami yang berlimpah. TV dengan saluran kabel dan pemutar DVD juga disediakan di tiap kamar.
Para tamu dapat menikmati permainan tenis atau berolahraga di pusat kebugaran. Menikmati makan malam barbekyu di tepi kolam renang juga merupakan pilihan rekreasi yang baik. Penukaran mata uang dan jasa penyewaan mobil juga tersedia.
Salsa Verde Restaurant menyajikan makanan Italia, sementara Garden Café menawarkan hidangan Asia dan Eropa. Pilihan bersantap lainnya meliputi masakan Bali di Watercourt Restaurant.
Grand Hyatt Bali berjarak 15 menit berkendara dari Bandara Ngurah Rai dan 30 menit berkendara dari Denpasar.
Kamar-kamar mewah di Bali Grand Hyatt menampilkan dekorasi modern dan cahaya alami yang berlimpah. TV dengan saluran kabel dan pemutar DVD juga disediakan di tiap kamar.
Para tamu dapat menikmati permainan tenis atau berolahraga di pusat kebugaran. Menikmati makan malam barbekyu di tepi kolam renang juga merupakan pilihan rekreasi yang baik. Penukaran mata uang dan jasa penyewaan mobil juga tersedia.
Salsa Verde Restaurant menyajikan makanan Italia, sementara Garden Café menawarkan hidangan Asia dan Eropa. Pilihan bersantap lainnya meliputi masakan Bali di Watercourt Restaurant.
Grand Hyatt Bali berjarak 15 menit berkendara dari Bandara Ngurah Rai dan 30 menit berkendara dari Denpasar.
Kamar Hotel: 648, Jaringan Hotel: Hyatt.
Nikko Bali Resort & Spa
Jl. Raya Nusa Dua Selatan, Bali, 80363 Nusa Dua (Tampilkan peta)
Berdiri di puncak tebing yang menghadap Samudra Hindia, Nikko Bali Resort Nusa Dua memiliki 4 kolam renang outdoor dan spa dengan layanan pijat tradisional Bali. Tersedia 7 pilihan bersantap.
Nikko Bali Resort & Spa menawarkan layanan antar-jemput gratis ke Pusat Perbelanjaan Bali Collections - 10 menit jauhnya, serta Bali Galleria, berjarak 30 menit berkendara. Bali Golf & Country Club dapat dicapai dengan 5 menit berkendara dari resor.
Kamar-kamar yang luas di Nikko Bali menawarkan balkon dengan pemandangan taman yang menenangkan atau pemandangan laut yang memukau. TV layar datar dan pembuat teh/kopi juga tersedia. Beberapa kamar memiliki iPod dock dan pemutar DVD.
Resor ini menyelenggarakan perjalanan safari dan menyediakan perkemahan hutan untuk anak-anak. Gym dan lapangan tenis tersedia bagi para tamu yang mementingkan kebugaran. Mereka yang cuma ingin bersantai bisa melakukannya di kursi berjemur dan kabana pribadi.
Masakan Italia, Bali, Jepang, dan Eropa merupakan beberapa pilihan santapan di Nikko Resort. The Shore Restaurant menghadap Samudra Hindia dan menyajikan hidangan laut dan daging premium. Untuk minuman dan hiburan, para tamu dapat menuju Oolooloos.
Nikko Bali Resort & Spa menawarkan layanan antar-jemput gratis ke Pusat Perbelanjaan Bali Collections - 10 menit jauhnya, serta Bali Galleria, berjarak 30 menit berkendara. Bali Golf & Country Club dapat dicapai dengan 5 menit berkendara dari resor.
Kamar-kamar yang luas di Nikko Bali menawarkan balkon dengan pemandangan taman yang menenangkan atau pemandangan laut yang memukau. TV layar datar dan pembuat teh/kopi juga tersedia. Beberapa kamar memiliki iPod dock dan pemutar DVD.
Resor ini menyelenggarakan perjalanan safari dan menyediakan perkemahan hutan untuk anak-anak. Gym dan lapangan tenis tersedia bagi para tamu yang mementingkan kebugaran. Mereka yang cuma ingin bersantai bisa melakukannya di kursi berjemur dan kabana pribadi.
Masakan Italia, Bali, Jepang, dan Eropa merupakan beberapa pilihan santapan di Nikko Resort. The Shore Restaurant menghadap Samudra Hindia dan menyajikan hidangan laut dan daging premium. Untuk minuman dan hiburan, para tamu dapat menuju Oolooloos.
Sengkapnya di http://www.booking.com/city/id/nusa-dua-id.id.html?aid=331508;label=nusa-dua-id-3GYXAmu7QueXOJETyeJ09QS6922726873;ws=
Jimbaran
InterContinental Bali Resort
Jalan Uluwatu No 45, 80361 Jimbaran (Tampilkan peta)
Sebuah pengalaman mewah menanti Anda di InterContinental Bali Resort, yang memiliki 6 kolam renang dan lounge keberangkatan dengan internet gratis serta minuman. Terletak di sepanjang Teluk Jimbaran, hotel memiliki sebuah pusat kebugaran 24 jam.
InterContinental Bali menawarkan kamar-kamar dengan karya seni Bali, teras pribadi, dan kamar mandi marmer yang luas, dengan perlengkapan mandi dan bathtub. Kamar-kamar dilengkapi dengan TV satelit, brankas, dan pembuat teh/kopi.
Para tamu dapat menikmati permainan tenis atau mengikuti kelas yoga serta acara-acara kuliner mingguan. Spa hotel menawarkan sauna, layanan pijat, dan salon kecantikan. InterContinental Bali Resort juga memiliki perpustakaan DVD, buku, dan musik yang lengkap.
Sarapan prasmanan disajikan di Taman Gita Terrace. Hidangan laut segar dan pizza ditawarkan di Jimbaran Gardens Restaurant, yang memiliki tempat duduk di udara terbuka dan hiburan live. Hotel berjarak 5 menit berjalan kaki dari Jimbaran Seafood Café.
InterContinental Bali Resort berjarak 10 menit berkendara dari Bandara Internasional Ngurah Rai. Kuil Uluwatu dan Lapangan Golf New Kuta mudah dicapai dari hotel.
InterContinental Bali menawarkan kamar-kamar dengan karya seni Bali, teras pribadi, dan kamar mandi marmer yang luas, dengan perlengkapan mandi dan bathtub. Kamar-kamar dilengkapi dengan TV satelit, brankas, dan pembuat teh/kopi.
Para tamu dapat menikmati permainan tenis atau mengikuti kelas yoga serta acara-acara kuliner mingguan. Spa hotel menawarkan sauna, layanan pijat, dan salon kecantikan. InterContinental Bali Resort juga memiliki perpustakaan DVD, buku, dan musik yang lengkap.
Sarapan prasmanan disajikan di Taman Gita Terrace. Hidangan laut segar dan pizza ditawarkan di Jimbaran Gardens Restaurant, yang memiliki tempat duduk di udara terbuka dan hiburan live. Hotel berjarak 5 menit berjalan kaki dari Jimbaran Seafood Café.
InterContinental Bali Resort berjarak 10 menit berkendara dari Bandara Internasional Ngurah Rai. Kuil Uluwatu dan Lapangan Golf New Kuta mudah dicapai dari hotel.
AYANA Resort and Spa Bali
Jalan Karang Mas Sejahtera, Jimbaran, 80364 Jimbaran (Tampilkan peta)
AYANA Resort and Spa Bali yang mewah ini menawarkan kamar-kamar ber-AC yang ekstra luas, menghadap ke pantai pribadi di Teluk Jimbaran. Hotel menyediakan sebuah kolam renang jacuzzi outdoor dan layanan antar-jemput gratis ke Kuta.
AYANA Bali Resort berjarak 15 menit berkendara dari Bandara Internasional Ngurah Rai. Jimbaran Pusat berjarak sekitar 8 km dari resor.
Didekorasi dengan perabotan kayu yang elegan, kamar-kamar di AYANA Resort dilengkapi dengan TV layar datar 42-inci dan kamar mandi marmer yang bergaya, dengan bathtub. Fasilitas membuat teh/kopi dan minibar juga disertakan.
Para tamu dapat menikmati pijat terapi di spa atau berolahraga di pusat kebugaran. Resor juga menyediakan lapangan tenis, pusat bisnis, dan meja layanan wisata, semuanya di dalam kompleks resor.
Dikelilingi oleh kolam-kolam teratai, restoran udara terbuka Padi Restaurant menyajikan sarapan prasmanan harian dan favorit internasional. Selain itu, resor juga menyediakan 5 restoran, 3 bar, dan 3 kafe.
AYANA Bali Resort berjarak 15 menit berkendara dari Bandara Internasional Ngurah Rai. Jimbaran Pusat berjarak sekitar 8 km dari resor.
Didekorasi dengan perabotan kayu yang elegan, kamar-kamar di AYANA Resort dilengkapi dengan TV layar datar 42-inci dan kamar mandi marmer yang bergaya, dengan bathtub. Fasilitas membuat teh/kopi dan minibar juga disertakan.
Para tamu dapat menikmati pijat terapi di spa atau berolahraga di pusat kebugaran. Resor juga menyediakan lapangan tenis, pusat bisnis, dan meja layanan wisata, semuanya di dalam kompleks resor.
Dikelilingi oleh kolam-kolam teratai, restoran udara terbuka Padi Restaurant menyajikan sarapan prasmanan harian dan favorit internasional. Selain itu, resor juga menyediakan 5 restoran, 3 bar, dan 3 kafe.
Kamar Hotel: 368
Selengkapnya di http://www.booking.com/city/id/jimbaran.id.html?aid=331508;label=jimbaran-nctzo0mVYajhosaHy2nSpAS6022899313;ws=
Kuta
Mercure Kuta Bali
Jalan Pantai Kuta 10 X, Bali, 80361 Kuta (Tampilkan peta)
“ lokasi dekat dengan pantai tujuan” Beberapa langkah dari Pantai Kuta, Mercure Kuta Bali dikelilingi oleh banyak pusat perbelanjaan dan pilihan tempat bersantap di pusat kota. Hotel ini memiliki sebuah kolam renang outdoor dan internet kabel gratis di tempat-tempat umum.
Mercure Kuta Bali berjarak 20 menit berkendara dari Bandara Internasional Ngurah Rai. Hotel ini berjarak 300 meter dari Hard Rock Cafe dan Pasar Seni Kuta.
Kamar-kamar yang ber-AC memiliki perabotan modern dan kamar mandi pribadi dengan bathtub dan shower. Minibar, fasilitas mesin pembuat teh/kopi, dan brankas dalam kamar juga disediakan. Juga tersedia TV kabel.
Para tamu dapat menikmati perawatan pijat khas Bali di Bali Spa atau bersantai di tepi kolam renang di atas gedung hotel. Meja layanan wisata hotel dapat merencanakan wisata sehari dan berbagai kegiatan air di Pantai Kuta.
Alang Alang Restaurant menampilkan pemandangan Pantai Kuta yang sangat indah dan melayani makan malam prasmanan yang menawarkan aneka hidangan Asia dan Barat. Aneka makanan ringan dan minuman koktail disajikan di Lotus Lobby Bar dan Pool Bar.
Mercure Kuta Bali berjarak 20 menit berkendara dari Bandara Internasional Ngurah Rai. Hotel ini berjarak 300 meter dari Hard Rock Cafe dan Pasar Seni Kuta.
Kamar-kamar yang ber-AC memiliki perabotan modern dan kamar mandi pribadi dengan bathtub dan shower. Minibar, fasilitas mesin pembuat teh/kopi, dan brankas dalam kamar juga disediakan. Juga tersedia TV kabel.
Para tamu dapat menikmati perawatan pijat khas Bali di Bali Spa atau bersantai di tepi kolam renang di atas gedung hotel. Meja layanan wisata hotel dapat merencanakan wisata sehari dan berbagai kegiatan air di Pantai Kuta.
Alang Alang Restaurant menampilkan pemandangan Pantai Kuta yang sangat indah dan melayani makan malam prasmanan yang menawarkan aneka hidangan Asia dan Barat. Aneka makanan ringan dan minuman koktail disajikan di Lotus Lobby Bar dan Pool Bar.
Kamar Hotel: 130, Jaringan Hotel: Mercure.
Discovery Kartika Plaza Hotel
Jl. Kartika Plaza, P.O Box 1012, South Kuta Beach, 80361 Kuta (Tampilkan peta)
Terletak di sebelah Discovery Shopping Mall di Kuta Selatan, Discovery Kartika Plaza Hotel menawarkan kamar-kamar tepi pantai yang dikelilingi oleh taman-taman tropis. Hotel ini memiliki sebuah kolam renang outdoor, 3 restoran, dan internet gratis.
Semua kamar di Kartika Discovery Plaza memiliki balkon pribadi dengan pemandangan taman, kolam renang, atau laut. Masing-masing kamar dilengkapi dengan TV LCD 32 inci, minibar, dan brankas. Beberapa kamar menyediakan akses langsung ke taman pribadi atau kolam renang resor.
Para tamu dapat menikmati pijat tepi pantai yang menyenangkan atau berolahraga di pusat kebugaran yang sangat lengkap. Activity Centre hotel membantu para tamu dengan pemesanan tur dan berbagau kegiatan lainnya, seperti naik helikopter dengan ketinggian rendah di atas Pulau Bali.
Pond Café menyajikan salah satu sarapan prasmanan terbesar di pulau ini. Dapur terbuka di La Cucina Restaurant yang merupakan restoran udara terbuka mempertontonkan kepada para koki bagaimana mereka menyiapkan makanan Italia.
Discovery Kartika Plaza Hotel dapat dicapai dengan 10 menit berkendara dari Bandara Internasional Ngurah Rai
Semua kamar di Kartika Discovery Plaza memiliki balkon pribadi dengan pemandangan taman, kolam renang, atau laut. Masing-masing kamar dilengkapi dengan TV LCD 32 inci, minibar, dan brankas. Beberapa kamar menyediakan akses langsung ke taman pribadi atau kolam renang resor.
Para tamu dapat menikmati pijat tepi pantai yang menyenangkan atau berolahraga di pusat kebugaran yang sangat lengkap. Activity Centre hotel membantu para tamu dengan pemesanan tur dan berbagau kegiatan lainnya, seperti naik helikopter dengan ketinggian rendah di atas Pulau Bali.
Pond Café menyajikan salah satu sarapan prasmanan terbesar di pulau ini. Dapur terbuka di La Cucina Restaurant yang merupakan restoran udara terbuka mempertontonkan kepada para koki bagaimana mereka menyiapkan makanan Italia.
Discovery Kartika Plaza Hotel dapat dicapai dengan 10 menit berkendara dari Bandara Internasional Ngurah Rai
Selengkapnya di http://www.booking.com/city/id/kuta.id.html?aid=331508;label=kuta-bTnrOfXmlKM3MI5*WyW2IQS6924722233;ws=
Minggu, 28 Agustus 2011
Pura Beji
Mengagumi Ukiran Khas Bali Utara di Pura Beji
Pulau Bali adalah suatu pulau dengan penduduk yang mayoritas beragama Hindu. Pemujaan terhadap dewa yang dilakukan masyarakat Bali telah dilakukan sejak ratusan tahun silam. Setiap pura yang dibangun memiliki suatu ciri khas tersendiri, yang membuatnya nampak istimewa. Salah satu bentuk ciri khas tersebut adalah ukirannya. Di daerah Bali Utara, anda dapat mengagumi ukiran khas Bali Utara di Pura Beji.
Pura Beji merupakan pura subak yang dibangun sekitar abad 15 pada zaman kerajaan majapahit.
Tujuan pembangunannya tak lain adalah untuk memuka Dewi Sri, yang dipercaya masyarakat Bali sebagai dewi kesuburan lahan dan dapat menganugerahkan hasil panen yang baik.
Pura beji terletak di desa Sangsit, kecamatan Sawan, kabupaten Buleleng. Jaraknya sekitar 9 Km dari pusat kota Singaraja. Jika berangkat dari Singaraja, anda harus menuju ke arah timur dari objek wisata pelabuhan Buleleng, sampai anda tiba di simpang 4 pasar tradisional desa Sangsit. Kemudian, petunujuk jalan yang menuju arah perkampungan bahari pinggir pantai di bagian utara, akan membantu anda untuk menemukannya. Jika berangkat dari bandara ngurah rai, kira-kira dibutuhkan waktu sekitar 150 menit untuk mencapai objek ini.
Pura Beji dapat diacapai dengan menggunakan kendaraan roda dua ataupun kendaraan roda empat. Fasilitas parkir yang disediakan adalah berupa lapangan luas, yang cukup untuk parkir beberapa unit mobil ataupun motor.
Peraturan yang diberlakukan untuk dapat masuk, secara umum sama seperti peraturan memasuki pura di Bali, yaitu harus menggunakan pakaian sopan dan jika terdapat perempuan yang datang bulan tidak diperbolehkan masuk areal pura. Jika anda tidak membawa kain (kamen) dan selendang, maka di depan pintu masuk telah disediakan penyewaan kamen. Tarif yang dipatok untuk selembar kamen tidak pasti. Karena wisatawan dipersilahkan membayar sukarela sebagai bentuk donasi untuk membangun fasilitas wisata yang lebih baik.
Pura beji dibangun dari batu pasir tua berawarna merah muda. Salah satu daya tarik utamanya adalah ukiran khas Bali Utara, berupa tumbuhan-tumbuhan menjalar yang dilengkapi dengan bunga mekar. Ukiran tersebut memenuhi hampir seluruh bagian pura, sehingga memberikan kesan seakan tak ada bagian yang tak dihiasi oleh ukiran tersebut. Tak hanya ukiran, dinding-dindingnya pun didekorasi juga dengan berbagai patung bhuta kala, naga, serta beberapa relief yang berkaitan dengan kehidupan agraris masyarakat. Keunikan lain yang dapat anda temukan adalah keberadaan dua patung musisi belanda yang terletak di pintu keluar.
Walaupun tak terlalu dikenal wisatawan, biasanya pemandu wisata yang mengajak tamunya tour melewati daerah Bali Utara, akan menyempatkan waktu untuk mengajak tamunya mengagumi ukiran khas Buleleng di Pura Beji. Karena, gaya ukiran khas tersebut dipercaya hanya dapat ditemukan di Bali utara, dan salah satu pura di bali yang menyajikan keindahan ukiran tersebut adalah pura beji.
Pada bagian dalam anda dapat melihat sebuah halaman luas yang dilapisi rerumputan hijau dan juga pohon kamboja tua yang masih aktif berbunga hingga kini.
Waktu mungkin dapat berjalan tanpa terasa. Tapi, hal itu tak akan membuat budaya dan kepercayaan masyarakat Bali luntur begitu saja. Hal itulah yang membuat Bali dikagumi oleh dunia. Jika anda berwisata ataupun hanya sekedar melintasi daerah Bali Utara, sempatkanlah mata anda mengagumi ukiran khas Bali Utara di Pura Beji.
Brahma Vihara Arama
Mengembangkan Spiritualitas Melalui Meditasi di Brahma Vihara Arama
Brahma Vihara Arama terletak di Banjar Tegeha, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Jaraknya sekitar 19 Kilometer di sebelah barat kota Singaraja, berdekatan dengan objek wisata pemandian Air Panas Banjar. Jika berangkat dari Bandara Ngurah Rai, dibutuhkan waktu sekitar 150 menit untuk mencapai wihara terbesar di Bali ini.
Anda tidak perlu takut merasa bosan di perjalanan, karena selama perjalanan dari pusat kota Singaraja, mata Anda akan dimanjakan oleh hamparan hijau pematang sawah dan juga perkebunan anggur warga setempat.
Brahma Vihara Arama terletak di kawasan perbukitan. Jadi, ketika anda menghadap ke utara, maka anda akan melihat indahnya pemandangan laut Bali Utara serta areal perkebunan dan persawahan dari ketinggian.
Ketika memasuki Brahma Vihara Arama, rasanya seperti memasuki sebuah pura. Karena wihara ini dibangun dengan arsitektur Bali tanpa menghilangkan kesan bahwa bangunan ini adalah sebuah tempat ibadah agama Buddha. Setiap halaman yang ada dihubungkan dengan beberapa anak tangga yang masing-masing berisi prinsip-prinsip ajaran Buddha.
Di dalam bangunan wihara pertama, anda akan menemukan beberapa patung Buddha beserta patung-patung lain yang masih terkait dengan ajaran Buddha. Misalnya patung Dewi Kwan Im yang terbuat dari keramik di dengan tinggi sekitar 30 cm.
Tahukah anda, bahwa patung ini sempat membuat masyarakat sekitar terkejut? Hal ini dikarenakan pada penghujung tahun 2008, patung ini dikabarkan menangis. Menurut cerita biksu setempat, patung tersebut merupakan pemberian dari seorang wanita misterius yang datang di malam hari. Perempuan tersebut meminta biksu untuk meletakan patung tersebut di atas altar.
Teteasan air suci tersebut mengalir pertama kali 8 Desember 2008, kemudian berhenti selama seminggu, dan tanggal 17 Desembar 2008 air kembali menetes dengan volume yang lebih banyak.
Untuk melihat bagian wihara yang lain, anda harus menaiki beberapa anak tangga lagi. di setiap sudut wihara, anda dapat menikmati keindahan taman berselimut hijaunya rerumputan dan juga beberapa patung yang menggambarkan perjalanan hidup sang Buddha. Tentunya, suasana tersebut akan membantu anda untuk berkonsentrasi saat meditasi.
Kesunyian dan ketenangan suasananya membuat beberapa orang yang ingin menenangkan pikiran dapat belajar meditasi di sini. Beberapa pengajar akan siap melatih anda sesuai jadwalnya masing-masing. Salah satu pengajar tersebut merupakan motivator dan penulis buku, Gede Prama.
Pada bangunan wihara kedua, anda dapat melihat sebuah patung Buddha berwarna emas duduk di sebuah altar. Di permukaan dinding bangunan tersebut anda dapat melihat relief-relief yang menceritakan perjalanan hidup Buddha dan ajaran-ajarannya.
Kemudian pada puncak wihara, Anda dapat melihat sebuah lapangan luas, yang di ujungnya terdapat sebuah bangunan stupa mirip candi Borobudur. Biasanya, pada perayaan hari besar agama Buddha ratusan orang akan memenuhi lapangan tersebut untuk melakukan persebahyangan.
Di bagian dalam stupa tersebut anda akan melihat sebuah ruangan yang berisi 4 patung Buddha berwarna emas menghadap ke 4 penjuru mata angin. Ruangan ini akan digunakan sebagai tempat latihan meditasi. Jadi, secara keseluruhan, bangunan seluas + 4 hektar ini memenuhi syarat sebagai salah satu pusat belajar meditasi di Indonesia yang kondusif.
Pura Kerta Kawat
Pura Kerta Kawat
Salah Satu Pura Unik di Bali Utara
Pura kerta kawat terletak di dusun banyu poh, kecamatan Gerokgak, kabupeten Buleleng, provinsi Bali. Jaraknya sekitar 50 kilometer dari kota Singaraja dan sekitar 30 kilometer dari pelabuhan gilimanuk. Jika berangkat dari Bandara Ngurah Rai, maka dibutuhkan waktu sekitar 3,5 jam perjalanan menuju lokasi ini. Namun, anda tak perlu khawatir dengan rasa bosan selama perjalanan karena mata anda akan dimanjakan dengan suasana hijau hutan bedugul lengkap dengan tingkah lucu kera-keranya, serta perkebunan dan persawahan warga kecamatan Seririt dan Banjar.
Lokasi tempat sembahyang agama hindu yang eksotis ini memang agak jauh dari jalan raya. Ketika petunjuk jalan menuju Pura Kerta Kawat telah anda temukan di simpang tiga jalan raya, maka anda hanya perlu masuk sekitar 600 meter ke arah selatan. Jadi, konsentrasi anda untuk beribadah ataupun hanya sekedar mengagumi keindahannya tak akan terganggu denga suara bising dari kendaraan-kendaraan yang melintas.
Meskipun terletak di kabupaten Buleleng, namun terlihat beberapa hal yang membuatnya menjadi sebuah pura unik di Bali Utara. Pertama, Ketika anda tiba di depan Pura Kerta Kawat, anda akan melihat sebuah candi bentar megah lengkap dengan ukiran khas Bali pada permukaannya. Hal yang membuatnya terlihat lebih istimewa, adalah latar belakang berupa suasana perbukitan terjal yang begitu menawan.
Keunikan kedua dapat anda lihat dari bentuk pelinggih-pelinggih yang ada di dalamnya. Meskipun berada di Bali Utara, bentuk pelinggih di pura ini hampir sama dengan pelinggih-pelinggih yang tereletak di Bali Selatan.
Keunikan ketiga dapat anda lihat dari tata letak yang tidak seperti pura lain di Bali. Jika biasanya pura dibagi berdasarkan tiga bagian, tidak demikian dengan Pura kerta Kawat yang tidak memiliki wilayah jaba tengah. Sehingga begitu anda masuk, anda sudah tiba di halaman paling dalam atau yang dikenal dengan istilah jeroan.
Keunikan lainnya adalah fungsinya yang digunakan untuk memuja Betara I Dewa Mentang Yuda atau Betara Ngertanin Jagat sebagai dewa yang mengatur dan melimpahkan kesejahteraan kepada dunia. Kini, dewa tersebut lebih dikenal dengan nama Ida Betara Hakim Agung. Kepercayaan itulah yang menyebabkan banyak orang datang ke sini.
Biasanya orang yang bersembahyang disini merupakan pejabat, orang yang hendak meraih jabatan, ataupun orang yang telah menunaikan tugasnya setelah menjabat di pemerintahan. Karena mereka percaya bahwa selain mengandalkan kemampuan diri sendiri, memohon berkah, petunjuk, dan bimbingan dari-Nya akan memantapkan langkah mereka dalam mencapai tujuan karir.
Peraturan untuk memasuki pura kerta kawat sama dengan peraturan untuk memasuki pura lain, yaitu berpakaian sopan, menggunakan kain dan selendang, serta bagi perempuan yang sedang datang bulan tidak diperbolehkan untuk masuk.
Pura Tirta Empul
Pura Tirta Empul
Bali telah dikenal sebagai pulau seribu pura. Ada pura Besakih yang merupakan pura terbesar di Bali, Pura Uluwatu di kawasan Uluwatu dan masih banyak lagi. Di antaranya adalah pura yang satu ini. Dalam perjalanan menuju Kintamani, kita akan menyinggahi Istana Negara Tampaksiring terlebih dulu. Nah, tepat di bawah kawasan istana negara Tampak Siring inilah pura Tirta Empul berada.
Tirta Empul bermakna air suci yang menyembur dari dalam tanah.
Cerita awalnya bersumber dari sebuah prasasti Batu yang masih tersimpan di Desa Manukaya menyebutkan pura ini dibangun oleh Sang Ratu Sri Candra Bhayasingha Warmadewa di daerah Manukaya. Prasasti ini memuat angka tahun 882 caka (960 masehi). Di sini terdapat sebuah mata air yang sangat besar, yang hingga sekarang dikeramatkan oleh penduduk setempat. Kekunaan yang terdapat disini ialah sebuah lingga-yoni dan arca lembu.
Layaknya pura-pura lain di Bali, pura ini memiliki 3 bagian yang merupakan jaba pura (halaman muka), jaba tengah (halaman tengah), dan jeroan (bagian dalam). Pada Jabe Tengah terdapat dua buah kolam persegi empat panjang, dan kolam tersebut mempunyai 30 buah pancuran yang berderet dari timur ke barat menghadap ke selatan. Masing-masing pancuran itu menurut tradisi mempunyai nama tersendiri, diantaranya pancuran pengelukatan, pebersihan sidamala, dan pancuran cetik (racun).
Pancuran cetik (racun) dan nama Tirta Empul ada hubungannya dengan mitologi, yaitu peleburan Mayadenawa raja Batu Anyar (Bedulu) dengan bhatara Indra. Dalam metologi itu diceritakan bahwa raja Mayadenawa bersikap sewenang-wenang dan tidak mengizinkan rakyat untuk melaksanakan upacara-upacara keagamaan untuk memohon keselamatan dari Tuhan Yang Maha Esa. Setelah perbuatan itu diketahui oleh para dewa, maka para dewa yang dipimpin oleh dewa Indra menyerang Mayadenawa.
Akhirnya Mayadenawa dapat dikalahkan dan melarikan diri dan sampailah di sebelah utara desa Tampak Siring. Dengan kesaktiannya, Mayadenawa menciptakan mata air cetik yang mengakibatkan banyak para laskar bhatara Indra yang gugur akibat minum air tersebut.Melihat hal ini maka bhatara Indra segera menancapkan tombak dan memancarkan air dari dalam tanah. Tirta Empul dan mata air ini dipakai untuk memerciki para pasukan dewa sehingga tidak beberapa lama hidup lagi seperti sedia kala.
Metologi ini mungkin ada pengaruhnya dengan raja Majapahit ke Bali. Ekspedisi Patih Gajah Mada dari kerajaan Majapahit yang datang ke Bali pada tahun 1314 digambarkan sebagai bhatara Indra dan bhatara Sri Astasura Bhumi Banten yang memerintah dan berkedudukan di Bedulu digambarkan sebagai raja Mayadenawa. Menurut cerita rakyat setempat, metologi Mayadenawa juga dihubungkan dengan hari raya Galungan yang jatuh pada hari Rabu Kliwon Dungulan. Galungan adalah lambang perjuangan antara Dharma melawan Adharma, kebenaran melawan kejahatan. Bertepatan dengan hari raya Galungan semua seni tari Barong sakral dari desa-desa yang ada di wilayah kabupaten Gianyar dimandikan dengan air suci Tirta Empul. Barong adalah lambang dari kebaikan.
Ceritanya menarik bukan? Tentu akan lebih menarik lagi kalau anda segera berkunjung ke tempat wisata ini sambil mengunjungi Istana Negara Tampak Siring.
Bali telah dikenal sebagai pulau seribu pura. Ada pura Besakih yang merupakan pura terbesar di Bali, Pura Uluwatu di kawasan Uluwatu dan masih banyak lagi. Di antaranya adalah pura yang satu ini. Dalam perjalanan menuju Kintamani, kita akan menyinggahi Istana Negara Tampaksiring terlebih dulu. Nah, tepat di bawah kawasan istana negara Tampak Siring inilah pura Tirta Empul berada.
Tirta Empul bermakna air suci yang menyembur dari dalam tanah.
Cerita awalnya bersumber dari sebuah prasasti Batu yang masih tersimpan di Desa Manukaya menyebutkan pura ini dibangun oleh Sang Ratu Sri Candra Bhayasingha Warmadewa di daerah Manukaya. Prasasti ini memuat angka tahun 882 caka (960 masehi). Di sini terdapat sebuah mata air yang sangat besar, yang hingga sekarang dikeramatkan oleh penduduk setempat. Kekunaan yang terdapat disini ialah sebuah lingga-yoni dan arca lembu.
Layaknya pura-pura lain di Bali, pura ini memiliki 3 bagian yang merupakan jaba pura (halaman muka), jaba tengah (halaman tengah), dan jeroan (bagian dalam). Pada Jabe Tengah terdapat dua buah kolam persegi empat panjang, dan kolam tersebut mempunyai 30 buah pancuran yang berderet dari timur ke barat menghadap ke selatan. Masing-masing pancuran itu menurut tradisi mempunyai nama tersendiri, diantaranya pancuran pengelukatan, pebersihan sidamala, dan pancuran cetik (racun).
Pancuran cetik (racun) dan nama Tirta Empul ada hubungannya dengan mitologi, yaitu peleburan Mayadenawa raja Batu Anyar (Bedulu) dengan bhatara Indra. Dalam metologi itu diceritakan bahwa raja Mayadenawa bersikap sewenang-wenang dan tidak mengizinkan rakyat untuk melaksanakan upacara-upacara keagamaan untuk memohon keselamatan dari Tuhan Yang Maha Esa. Setelah perbuatan itu diketahui oleh para dewa, maka para dewa yang dipimpin oleh dewa Indra menyerang Mayadenawa.
Akhirnya Mayadenawa dapat dikalahkan dan melarikan diri dan sampailah di sebelah utara desa Tampak Siring. Dengan kesaktiannya, Mayadenawa menciptakan mata air cetik yang mengakibatkan banyak para laskar bhatara Indra yang gugur akibat minum air tersebut.Melihat hal ini maka bhatara Indra segera menancapkan tombak dan memancarkan air dari dalam tanah. Tirta Empul dan mata air ini dipakai untuk memerciki para pasukan dewa sehingga tidak beberapa lama hidup lagi seperti sedia kala.
Metologi ini mungkin ada pengaruhnya dengan raja Majapahit ke Bali. Ekspedisi Patih Gajah Mada dari kerajaan Majapahit yang datang ke Bali pada tahun 1314 digambarkan sebagai bhatara Indra dan bhatara Sri Astasura Bhumi Banten yang memerintah dan berkedudukan di Bedulu digambarkan sebagai raja Mayadenawa. Menurut cerita rakyat setempat, metologi Mayadenawa juga dihubungkan dengan hari raya Galungan yang jatuh pada hari Rabu Kliwon Dungulan. Galungan adalah lambang perjuangan antara Dharma melawan Adharma, kebenaran melawan kejahatan. Bertepatan dengan hari raya Galungan semua seni tari Barong sakral dari desa-desa yang ada di wilayah kabupaten Gianyar dimandikan dengan air suci Tirta Empul. Barong adalah lambang dari kebaikan.
Ceritanya menarik bukan? Tentu akan lebih menarik lagi kalau anda segera berkunjung ke tempat wisata ini sambil mengunjungi Istana Negara Tampak Siring.
Wisata Religi
Pura Gunung Kawi
Hanya beberapa kilometer dari kawasan wisata Istana Negara Tampak Siring dan Pura Tirta Empul, kita akan melanjutkan jalan-jalan sekaligus photo-photo di objek wisata penuh nilai historis dan spiritual, Pura Gunung Kawi.
Objek wisata ini dapat ditempuh dalam 50 menit dari Kuta atau 30 menit dari Denpasar.
Dari artikulasi dapat diuraikan menjadi 2 (dua), yaitu gunung yang berarti tempat yang tinggi, bukit atau tebing dan Kawi berarti kekawin atau sesuatu yang dibuat .
Jadi pura Gunung Kawi adalah pura yang dibangun di tebing di sebelah barat sebuah pegunungan dimana pegunungan itu sekarang dikenal dengan nama desa Sebatu.
Sebatu berasal dari urat kata sauh berati terpeleset dan batu berarti batu atau bebatuan. Konon pada jaman pemerintahan raja Mayadenawa yang sangat bengis dan tidak percaya adanya Tuhan, daerah ini merupakan lintasan pelarian Raja Mayadenawa dengan para pengikutnya menuju desa Taro, setelah terdesak dalam peperangan melawan para dewata yang mengejarnya, begitu pula ketakutan para penduduk asli kepada pengikut raja Mayadenawa, sehingga semuanya lari tunggang langgang dan terpeleset diantara bebatuan pegunungan (Sauh di batu). Sadar akan penduduk asli yang tidak berdosa dalam bahaya, maka dewa Wisnu memberikan sumber kehidupan bagi penduduk yang tidak berdosa dalam wujud air suci.
Sebagai ucapan rasa syukur penduduk, maka ditempat ini dibangun pura tempat pemujaan dewa Wisnu yang dikenal dengan nama Pura Gunung Kawi yang dilengkapi dengan pancuran-pancuran beraneka ragam fungsi seperti untuk air suci, mandi dan lain-lain.
Hanya beberapa kilometer dari kawasan wisata Istana Negara Tampak Siring dan Pura Tirta Empul, kita akan melanjutkan jalan-jalan sekaligus photo-photo di objek wisata penuh nilai historis dan spiritual, Pura Gunung Kawi.
Objek wisata ini dapat ditempuh dalam 50 menit dari Kuta atau 30 menit dari Denpasar.
Dari artikulasi dapat diuraikan menjadi 2 (dua), yaitu gunung yang berarti tempat yang tinggi, bukit atau tebing dan Kawi berarti kekawin atau sesuatu yang dibuat .
Jadi pura Gunung Kawi adalah pura yang dibangun di tebing di sebelah barat sebuah pegunungan dimana pegunungan itu sekarang dikenal dengan nama desa Sebatu.
Sebatu berasal dari urat kata sauh berati terpeleset dan batu berarti batu atau bebatuan. Konon pada jaman pemerintahan raja Mayadenawa yang sangat bengis dan tidak percaya adanya Tuhan, daerah ini merupakan lintasan pelarian Raja Mayadenawa dengan para pengikutnya menuju desa Taro, setelah terdesak dalam peperangan melawan para dewata yang mengejarnya, begitu pula ketakutan para penduduk asli kepada pengikut raja Mayadenawa, sehingga semuanya lari tunggang langgang dan terpeleset diantara bebatuan pegunungan (Sauh di batu). Sadar akan penduduk asli yang tidak berdosa dalam bahaya, maka dewa Wisnu memberikan sumber kehidupan bagi penduduk yang tidak berdosa dalam wujud air suci.
Sebagai ucapan rasa syukur penduduk, maka ditempat ini dibangun pura tempat pemujaan dewa Wisnu yang dikenal dengan nama Pura Gunung Kawi yang dilengkapi dengan pancuran-pancuran beraneka ragam fungsi seperti untuk air suci, mandi dan lain-lain.
Pura Tirta Empul
Bali telah dikenal sebagai pulau seribu pura. Ada pura Besakih yang merupakan pura terbesar di Bali, Pura Uluwatu di kawasan Uluwatu dan masih banyak lagi. Di antaranya adalah pura yang satu ini. Dalam perjalanan menuju Kintamani, kita akan menyinggahi Istana Negara Tampaksiring terlebih dulu. Nah, tepat di bawah kawasan istana negara Tampak Siring inilah pura Tirta Empul berada.
Tirta Empul bermakna air suci yang menyembur dari dalam tanah.
Cerita awalnya bersumber dari sebuah prasasti Batu yang masih tersimpan di Desa Manukaya menyebutkan pura ini dibangun oleh Sang Ratu Sri Candra Bhayasingha Warmadewa di daerah Manukaya. Prasasti ini memuat angka tahun 882 caka (960 masehi). Di sini terdapat sebuah mata air yang sangat besar, yang hingga sekarang dikeramatkan oleh penduduk setempat. Kekunaan yang terdapat disini ialah sebuah lingga-yoni dan arca lembu.
Layaknya pura-pura lain di Bali, pura ini memiliki 3 bagian yang merupakan jaba pura (halaman muka), jaba tengah (halaman tengah), dan jeroan (bagian dalam). Pada Jabe Tengah terdapat dua buah kolam persegi empat panjang, dan kolam tersebut mempunyai 30 buah pancuran yang berderet dari timur ke barat menghadap ke selatan. Masing-masing pancuran itu menurut tradisi mempunyai nama tersendiri, diantaranya pancuran pengelukatan, pebersihan sidamala, dan pancuran cetik (racun).
Pancuran cetik (racun) dan nama Tirta Empul ada hubungannya dengan mitologi, yaitu peleburan Mayadenawa raja Batu Anyar (Bedulu) dengan bhatara Indra. Dalam metologi itu diceritakan bahwa raja Mayadenawa bersikap sewenang-wenang dan tidak mengizinkan rakyat untuk melaksanakan upacara-upacara keagamaan untuk memohon keselamatan dari Tuhan Yang Maha Esa. Setelah perbuatan itu diketahui oleh para dewa, maka para dewa yang dipimpin oleh dewa Indra menyerang Mayadenawa.
Akhirnya Mayadenawa dapat dikalahkan dan melarikan diri dan sampailah di sebelah utara desa Tampak Siring. Dengan kesaktiannya, Mayadenawa menciptakan mata air cetik yang mengakibatkan banyak para laskar bhatara Indra yang gugur akibat minum air tersebut.Melihat hal ini maka bhatara Indra segera menancapkan tombak dan memancarkan air dari dalam tanah. Tirta Empul dan mata air ini dipakai untuk memerciki para pasukan dewa sehingga tidak beberapa lama hidup lagi seperti sedia kala.
Metologi ini mungkin ada pengaruhnya dengan raja Majapahit ke Bali. Ekspedisi Patih Gajah Mada dari kerajaan Majapahit yang datang ke Bali pada tahun 1314 digambarkan sebagai bhatara Indra dan bhatara Sri Astasura Bhumi Banten yang memerintah dan berkedudukan di Bedulu digambarkan sebagai raja Mayadenawa. Menurut cerita rakyat setempat, metologi Mayadenawa juga dihubungkan dengan hari raya Galungan yang jatuh pada hari Rabu Kliwon Dungulan. Galungan adalah lambang perjuangan antara Dharma melawan Adharma, kebenaran melawan kejahatan. Bertepatan dengan hari raya Galungan semua seni tari Barong sakral dari desa-desa yang ada di wilayah kabupaten Gianyar dimandikan dengan air suci Tirta Empul. Barong adalah lambang dari kebaikan.
Ceritanya menarik bukan? Tentu akan lebih menarik lagi kalau anda segera berkunjung ke tempat wisata ini sambil mengunjungi Istana Negara Tampak Siring.
Tirta Empul bermakna air suci yang menyembur dari dalam tanah.
Cerita awalnya bersumber dari sebuah prasasti Batu yang masih tersimpan di Desa Manukaya menyebutkan pura ini dibangun oleh Sang Ratu Sri Candra Bhayasingha Warmadewa di daerah Manukaya. Prasasti ini memuat angka tahun 882 caka (960 masehi). Di sini terdapat sebuah mata air yang sangat besar, yang hingga sekarang dikeramatkan oleh penduduk setempat. Kekunaan yang terdapat disini ialah sebuah lingga-yoni dan arca lembu.
Layaknya pura-pura lain di Bali, pura ini memiliki 3 bagian yang merupakan jaba pura (halaman muka), jaba tengah (halaman tengah), dan jeroan (bagian dalam). Pada Jabe Tengah terdapat dua buah kolam persegi empat panjang, dan kolam tersebut mempunyai 30 buah pancuran yang berderet dari timur ke barat menghadap ke selatan. Masing-masing pancuran itu menurut tradisi mempunyai nama tersendiri, diantaranya pancuran pengelukatan, pebersihan sidamala, dan pancuran cetik (racun).
Pancuran cetik (racun) dan nama Tirta Empul ada hubungannya dengan mitologi, yaitu peleburan Mayadenawa raja Batu Anyar (Bedulu) dengan bhatara Indra. Dalam metologi itu diceritakan bahwa raja Mayadenawa bersikap sewenang-wenang dan tidak mengizinkan rakyat untuk melaksanakan upacara-upacara keagamaan untuk memohon keselamatan dari Tuhan Yang Maha Esa. Setelah perbuatan itu diketahui oleh para dewa, maka para dewa yang dipimpin oleh dewa Indra menyerang Mayadenawa.
Akhirnya Mayadenawa dapat dikalahkan dan melarikan diri dan sampailah di sebelah utara desa Tampak Siring. Dengan kesaktiannya, Mayadenawa menciptakan mata air cetik yang mengakibatkan banyak para laskar bhatara Indra yang gugur akibat minum air tersebut.Melihat hal ini maka bhatara Indra segera menancapkan tombak dan memancarkan air dari dalam tanah. Tirta Empul dan mata air ini dipakai untuk memerciki para pasukan dewa sehingga tidak beberapa lama hidup lagi seperti sedia kala.
Metologi ini mungkin ada pengaruhnya dengan raja Majapahit ke Bali. Ekspedisi Patih Gajah Mada dari kerajaan Majapahit yang datang ke Bali pada tahun 1314 digambarkan sebagai bhatara Indra dan bhatara Sri Astasura Bhumi Banten yang memerintah dan berkedudukan di Bedulu digambarkan sebagai raja Mayadenawa. Menurut cerita rakyat setempat, metologi Mayadenawa juga dihubungkan dengan hari raya Galungan yang jatuh pada hari Rabu Kliwon Dungulan. Galungan adalah lambang perjuangan antara Dharma melawan Adharma, kebenaran melawan kejahatan. Bertepatan dengan hari raya Galungan semua seni tari Barong sakral dari desa-desa yang ada di wilayah kabupaten Gianyar dimandikan dengan air suci Tirta Empul. Barong adalah lambang dari kebaikan.
Ceritanya menarik bukan? Tentu akan lebih menarik lagi kalau anda segera berkunjung ke tempat wisata ini sambil mengunjungi Istana Negara Tampak Siring.
Pura Kerta Kawat
Salah Satu Pura Unik di Bali Utara
Pura kerta kawat terletak di dusun banyu poh, kecamatan Gerokgak, kabupeten Buleleng, provinsi Bali. Jaraknya sekitar 50 kilometer dari kota Singaraja dan sekitar 30 kilometer dari pelabuhan gilimanuk. Jika berangkat dari Bandara Ngurah Rai, maka dibutuhkan waktu sekitar 3,5 jam perjalanan menuju lokasi ini. Namun, anda tak perlu khawatir dengan rasa bosan selama perjalanan karena mata anda akan dimanjakan dengan suasana hijau hutan bedugul lengkap dengan tingkah lucu kera-keranya, serta perkebunan dan persawahan warga kecamatan Seririt dan Banjar.
Lokasi tempat sembahyang agama hindu yang eksotis ini memang agak jauh dari jalan raya. Ketika petunjuk jalan menuju Pura Kerta Kawat telah anda temukan di simpang tiga jalan raya, maka anda hanya perlu masuk sekitar 600 meter ke arah selatan. Jadi, konsentrasi anda untuk beribadah ataupun hanya sekedar mengagumi keindahannya tak akan terganggu denga suara bising dari kendaraan-kendaraan yang melintas.
Meskipun terletak di kabupaten Buleleng, namun terlihat beberapa hal yang membuatnya menjadi sebuah pura unik di Bali Utara. Pertama, Ketika anda tiba di depan Pura Kerta Kawat, anda akan melihat sebuah candi bentar megah lengkap dengan ukiran khas Bali pada permukaannya. Hal yang membuatnya terlihat lebih istimewa, adalah latar belakang berupa suasana perbukitan terjal yang begitu menawan.
Keunikan kedua dapat anda lihat dari bentuk pelinggih-pelinggih yang ada di dalamnya. Meskipun berada di Bali Utara, bentuk pelinggih di pura ini hampir sama dengan pelinggih-pelinggih yang tereletak di Bali Selatan.
Keunikan ketiga dapat anda lihat dari tata letak yang tidak seperti pura lain di Bali. Jika biasanya pura dibagi berdasarkan tiga bagian, tidak demikian dengan Pura kerta Kawat yang tidak memiliki wilayah jaba tengah. Sehingga begitu anda masuk, anda sudah tiba di halaman paling dalam atau yang dikenal dengan istilah jeroan.
Keunikan lainnya adalah fungsinya yang digunakan untuk memuja Betara I Dewa Mentang Yuda atau Betara Ngertanin Jagat sebagai dewa yang mengatur dan melimpahkan kesejahteraan kepada dunia. Kini, dewa tersebut lebih dikenal dengan nama Ida Betara Hakim Agung. Kepercayaan itulah yang menyebabkan banyak orang datang ke sini.
Biasanya orang yang bersembahyang disini merupakan pejabat, orang yang hendak meraih jabatan, ataupun orang yang telah menunaikan tugasnya setelah menjabat di pemerintahan. Karena mereka percaya bahwa selain mengandalkan kemampuan diri sendiri, memohon berkah, petunjuk, dan bimbingan dari-Nya akan memantapkan langkah mereka dalam mencapai tujuan karir.
Peraturan untuk memasuki pura kerta kawat sama dengan peraturan untuk memasuki pura lain, yaitu berpakaian sopan, menggunakan kain dan selendang, serta bagi perempuan yang sedang datang bulan tidak diperbolehkan untuk masuk.
Mengagumi Ukiran Khas Bali Utara di Pura Beji
Pulau Bali adalah suatu pulau dengan penduduk yang mayoritas beragama Hindu. Pemujaan terhadap dewa yang dilakukan masyarakat Bali telah dilakukan sejak ratusan tahun silam. Setiap pura yang dibangun memiliki suatu ciri khas tersendiri, yang membuatnya nampak istimewa. Salah satu bentuk ciri khas tersebut adalah ukirannya. Di daerah Bali Utara, anda dapat mengagumi ukiran khas Bali Utara di Pura Beji.
Pura Beji merupakan pura subak yang dibangun sekitar abad 15 pada zaman kerajaan majapahit.
Tujuan pembangunannya tak lain adalah untuk memuka Dewi Sri, yang dipercaya masyarakat Bali sebagai dewi kesuburan lahan dan dapat menganugerahkan hasil panen yang baik.
Pura beji terletak di desa Sangsit, kecamatan Sawan, kabupaten Buleleng. Jaraknya sekitar 9 Km dari pusat kota Singaraja. Jika berangkat dari Singaraja, anda harus menuju ke arah timur dari objek wisata pelabuhan Buleleng, sampai anda tiba di simpang 4 pasar tradisional desa Sangsit. Kemudian, petunujuk jalan yang menuju arah perkampungan bahari pinggir pantai di bagian utara, akan membantu anda untuk menemukannya. Jika berangkat dari bandara ngurah rai, kira-kira dibutuhkan waktu sekitar 150 menit untuk mencapai objek ini.
Pura Beji dapat diacapai dengan menggunakan kendaraan roda dua ataupun kendaraan roda empat. Fasilitas parkir yang disediakan adalah berupa lapangan luas, yang cukup untuk parkir beberapa unit mobil ataupun motor.
Peraturan yang diberlakukan untuk dapat masuk, secara umum sama seperti peraturan memasuki pura di Bali, yaitu harus menggunakan pakaian sopan dan jika terdapat perempuan yang datang bulan tidak diperbolehkan masuk areal pura. Jika anda tidak membawa kain (kamen) dan selendang, maka di depan pintu masuk telah disediakan penyewaan kamen. Tarif yang dipatok untuk selembar kamen tidak pasti. Karena wisatawan dipersilahkan membayar sukarela sebagai bentuk donasi untuk membangun fasilitas wisata yang lebih baik.
Pura beji dibangun dari batu pasir tua berawarna merah muda. Salah satu daya tarik utamanya adalah ukiran khas Bali Utara, berupa tumbuhan-tumbuhan menjalar yang dilengkapi dengan bunga mekar. Ukiran tersebut memenuhi hampir seluruh bagian pura, sehingga memberikan kesan seakan tak ada bagian yang tak dihiasi oleh ukiran tersebut. Tak hanya ukiran, dinding-dindingnya pun didekorasi juga dengan berbagai patung bhuta kala, naga, serta beberapa relief yang berkaitan dengan kehidupan agraris masyarakat. Keunikan lain yang dapat anda temukan adalah keberadaan dua patung musisi belanda yang terletak di pintu keluar.
Walaupun tak terlalu dikenal wisatawan, biasanya pemandu wisata yang mengajak tamunya tour melewati daerah Bali Utara, akan menyempatkan waktu untuk mengajak tamunya mengagumi ukiran khas Buleleng di Pura Beji. Karena, gaya ukiran khas tersebut dipercaya hanya dapat ditemukan di Bali utara, dan salah satu pura di bali yang menyajikan keindahan ukiran tersebut adalah pura beji.
Pada bagian dalam anda dapat melihat sebuah halaman luas yang dilapisi rerumputan hijau dan juga pohon kamboja tua yang masih aktif berbunga hingga kini.
Waktu mungkin dapat berjalan tanpa terasa. Tapi, hal itu tak akan membuat budaya dan kepercayaan masyarakat Bali luntur begitu saja. Hal itulah yang membuat Bali dikagumi oleh dunia. Jika anda berwisata ataupun hanya sekedar melintasi daerah Bali Utara, sempatkanlah mata anda mengagumi ukiran khas Bali Utara di Pura Beji.
Mengembangkan Spiritualitas Melalui Meditasi di Brahma Vihara Arama
Brahma Vihara Arama terletak di Banjar Tegeha, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Jaraknya sekitar 19 Kilometer di sebelah barat kota Singaraja, berdekatan dengan objek wisata pemandian Air Panas Banjar. Jika berangkat dari Bandara Ngurah Rai, dibutuhkan waktu sekitar 150 menit untuk mencapai wihara terbesar di Bali ini.
Anda tidak perlu takut merasa bosan di perjalanan, karena selama perjalanan dari pusat kota Singaraja, mata Anda akan dimanjakan oleh hamparan hijau pematang sawah dan juga perkebunan anggur warga setempat.
Brahma Vihara Arama terletak di kawasan perbukitan. Jadi, ketika anda menghadap ke utara, maka anda akan melihat indahnya pemandangan laut Bali Utara serta areal perkebunan dan persawahan dari ketinggian.
Ketika memasuki Brahma Vihara Arama, rasanya seperti memasuki sebuah pura. Karena wihara ini dibangun dengan arsitektur Bali tanpa menghilangkan kesan bahwa bangunan ini adalah sebuah tempat ibadah agama Buddha. Setiap halaman yang ada dihubungkan dengan beberapa anak tangga yang masing-masing berisi prinsip-prinsip ajaran Buddha.
Di dalam bangunan wihara pertama, anda akan menemukan beberapa patung Buddha beserta patung-patung lain yang masih terkait dengan ajaran Buddha. Misalnya patung Dewi Kwan Im yang terbuat dari keramik di dengan tinggi sekitar 30 cm.
Tahukah anda, bahwa patung ini sempat membuat masyarakat sekitar terkejut? Hal ini dikarenakan pada penghujung tahun 2008, patung ini dikabarkan menangis. Menurut cerita biksu setempat, patung tersebut merupakan pemberian dari seorang wanita misterius yang datang di malam hari. Perempuan tersebut meminta biksu untuk meletakan patung tersebut di atas altar.
Teteasan air suci tersebut mengalir pertama kali 8 Desember 2008, kemudian berhenti selama seminggu, dan tanggal 17 Desembar 2008 air kembali menetes dengan volume yang lebih banyak.
Untuk melihat bagian wihara yang lain, anda harus menaiki beberapa anak tangga lagi. di setiap sudut wihara, anda dapat menikmati keindahan taman berselimut hijaunya rerumputan dan juga beberapa patung yang menggambarkan perjalanan hidup sang Buddha. Tentunya, suasana tersebut akan membantu anda untuk berkonsentrasi saat meditasi.
Kesunyian dan ketenangan suasananya membuat beberapa orang yang ingin menenangkan pikiran dapat belajar meditasi di sini. Beberapa pengajar akan siap melatih anda sesuai jadwalnya masing-masing. Salah satu pengajar tersebut merupakan motivator dan penulis buku, Gede Prama.
Pada bangunan wihara kedua, anda dapat melihat sebuah patung Buddha berwarna emas duduk di sebuah altar. Di permukaan dinding bangunan tersebut anda dapat melihat relief-relief yang menceritakan perjalanan hidup Buddha dan ajaran-ajarannya.
Kemudian pada puncak wihara, Anda dapat melihat sebuah lapangan luas, yang di ujungnya terdapat sebuah bangunan stupa mirip candi Borobudur. Biasanya, pada perayaan hari besar agama Buddha ratusan orang akan memenuhi lapangan tersebut untuk melakukan persebahyangan.
Di bagian dalam stupa tersebut anda akan melihat sebuah ruangan yang berisi 4 patung Buddha berwarna emas menghadap ke 4 penjuru mata angin. Ruangan ini akan digunakan sebagai tempat latihan meditasi. Jadi, secara keseluruhan, bangunan seluas + 4 hektar ini memenuhi syarat sebagai salah satu pusat belajar meditasi di Indonesia yang kondusif.
Minggu, 21 Agustus 2011
Wisata Alam
Wisata Alam di Bali
Kembali ke alam menjadi trend kegiatan pariwisata di Bali. Pulau surga ini menawarkan banyak kemungkinan untuk jenis kegiatan ini. Bali diberkati dengan alam yang indah. Bali memiliki ekosistem alami yang terawat, seperti pantai, pegunungan, danau, air terjun, bukit, air panas alam, hutan, dan lainnya. Wisata alam di Bali sangat menarik untuk dieksplorasi.Wisata alam di Bali sangat ideal dikunjungi dengan perjalanan sendiri karena terdapat banyak hal yang dapat dieksplorasi di sepanjang perjalanan. Pengunjung ke wisata alam tidak hanya akan memiliki pengalaman yang tak terlupakan, tetapi juga meniggalkan kepuasan tersendiri terhadap lingkungan alam tersebut. Kami bangga menawarkan semua wisata alam di Bali bagi mereka yang memimpikan mengeksplorasi keindahan Bali yang tersembunyi.
Air Terjun Kembar Gitgit, Sempurna untuk Mengagumi Keindahan Alam
Terdapat 10 air terjun di Kabupaten Buleleng. Salah satu yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan adalah air terjun kembar Gitgit atau air terjun Campuhan (Gitgit Twin Waterfall). Nama Gitgit berasal dari nama desa tempat air terjun ini berada.Dibutuhkan sekitar dua jam untuk mencapai air terjun kembar Gitgit dengan mengemudi dari Denpasar ke Kabupaten Buleleng melalui Bedugul. Melalui jalan berliku setelah Candi Kuning, sayur-mayur dan pasar-pasar tradisional terdapat pada jalan menuju Buleleng, menawarkan pemandangan indah Danau Buyan dan monyet-monyet yang sedang bersantai di pinggir jalan. Monyet-monyet tersebut jinak dan tidak berbahaya, tetapi dapat menjadi sedikit agresif jika anda memberi mereka makan.
Memasuki Desa Gitgit, air terjun kembar Gitgit merupakan air terjun petama yang terletak di sebelah kiri anda. Beberapa orang menyebutkan bahwa jalan ke air terjun ini panjang dan berlikut. Terdapat pula air terjun Gitgit yang terletak tidak terlampau jauh dari air terjun kembar Gitgit.
Dari tempat parkir, memerlukan perjalanan kira-kira 500 meter, di mana anda dapat menemukan beberapa tanaman yang umum di areal perkebunan seperti kakao, kopi, cengkeh, dan pala. Terdapat beberapa kios yang menjual kerajinan tangan dan jalan beton ke loket tiket yang berdiri di tengah-tengah pepohonan. Setelah anda tiba di loket tiket, itu berarti bahwa anda masih memerlukan jarak sekitar 700 meter dari lokasi air terjun yang terkenal ini.
Dengan lahan sawah di sebelah kiri anda dan ngarai hijau di kanan jalan untuk sampai di air terjun yang menyegarkan ini. Suara air terjun telah dapat didengar dari jari 200 meter dan setelah beberapa langkah anda dapat melihat sejumlah besar air jatuh dari ketinggian 45 meter dan menghujam batu-batu besar di bawahnya. Airnya jernih dan dingin, tetapi pada musim hujan menjadi coklat karena bercampur dengan sedimen lumpur sungai. Meskipun airnya dingin, tidak peduli apapun musim, semua orang, baik penduduk setempat dan wisatawan, sering bermain di dalam air tanpa ragu-ragu.
Jika anda siap untuk perjalanan lebih dari jalur utama, dan tentu saja akan lebih banyak berjalan dan petualangan, karena terdapat lagi air terjun di atas air terjun Gitgit. Air terjun ini disebut Colek Pamor. Air terjun Colek Pamor bukanlah daerah wisata untuk turis, karena letaknya yang jauh di dalam hutan. Tidak ada jalan beton untuk mencapai air terjun ini, tetapi jalur yang sempit berlumpur yang digunakan oleh penduduk setempat untuk sampai ke ladang-ladang mereka. Perkebunan kakao, pohon buah, dan bambu terlihat di sepanjang jalan. Sebelum Anda mencapai air terjun, anda akan tiba di bagian atas dari air terjun Gitgit. Pemandangan dari atas sangatlah bagus.
Setelah sungai, anda akan melintasi jembatan bambu yang sederhana, dan trekking sedikit menanjak, akhirnya anda akan menemukan sebuah gubuk yang rusak dengan tulisan air terjun Colek Pamor. Dari gubuk ini, anda hanya dapat melihat sungai dengan air yang tenang dan murni, serta mendengar suara air. Berjalanlah di tepi sungai dan setelah melewati belokan, anda akan menemukan air terjun. Air terjun jatuh dari ketinggian 50 meter dan air ini yang berasal dari gua. Gua adalah jalur air bawah tanah, yang membawa air dari Sungai Buleleng ke Gitgit. Air terjun ini layak untuk dikunjungi. Ini merupakan tempat yang sempurna untuk mengagumi keindahan alam di tengah lingkungan yang tenang.
Monyet di Monkey Forest Ubud
Tepat di seberang Jalan Monkey Forest Ubud, terdapat 27 hektar hutan hijau, Monkey Forest. Wisatawan pergi ke hutan ini untuk memberi makan monyet-monyet yang ada. Hutan ini menawarkan semua kesenangan dari sebuah sirkus, dijamin!Tetapi hutan ini memiliki lebih dari itu. Di dalam hutan hijau yang sejuk juga dapat ditemukan tiga Pura. Berdampingan dengan Banjar Padang Tegal, juga rumah bagi kegiatan perayaan keagamaan dan upacara.
Legenda menyebutkan bahwa tempat ini pernah menjadi daerah bagi para penganut sekte Siwaisme. Semua yang tersisa sekarang adalah batu suci Linggam dan Yoni, yang merupakan bagian dari Pura suci atau ashram.
Berjalan-jalan di luar tempat wisata menuju sungai yang berada di bagian bawah dan anda akan melihat Pura dari batu dan sebuah jembatan yang dijaga oleh dua patung naga. Seluruh hal tersebut merupakan hal yang agung, pertengahan sore tempat tersebut akan dipenuhi oleh pengunjung.
Apakah anda tertarik dengan budaya Bali atau anda hanya ingin melihat-lihat monyet yang ada, kunjungan ke Monkey Forest Ubud akan selalu mempesona.
Gunung Batur, Sebuah Gunung Berapi Aktif di Kintamani Bangli
Berdiri dengan tinggi 1.717 meter, Gunung Batur adalah salah satu gunung berapi aktif di Indonesia. Gunung ini memiliki kaldera besar yang dianggap salah satu yang terbesar dan paling indah di dunia. Kaldera ini terbentuk setelah dua letusan besar 29.300 dan 20.150 tahun yang lalu. Gunung hitam kering ini masih memiliki nafas dan memberikan hidup kepada masyarakat di sekitarnya.Terletak di daerah Kintamani, Kabupaten Bangli, gunung ini telah meletus sebanyak 26 kali sejak 1804. Letusan terbesar adalah pada tahun 1926 yang menyebabkan Desa Batur ditutupi oleh lava. Letusan terakhir terjadi pada tahun 2000, tapi untungnya itu bukanlah letusan yang besar. Jadi Desa Batur yang terletak di sebelah selatan gunung berapi yang ada sekarang adalah sebuah desa baru yang dibangun setelah letusan.
Menurut cerita dalam naskah, Gunung Batur sebenarnya adalah puncak Gunung Mahameru yang dipindahkan oleh Bathara Pasupati untuk menjadikannya sebagai sebuah istana bagi Dewi Danu. Itulah sebabnya masyarakat Bali datang ke Gunung Batur pada hari tertentu dan membuat persembahan di Pura Ulun Danu Batur untuk menghormati Bathara Pasupati dan Dewi Danu sehingga mereka akan memberkati penduduk dengan tanah yang subur dan kemakmuran.
Gunung Batur memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat di sekitar gunung berapi serta semua orang di pulau ini. Gunung Batur merupakan tujuan populer untuk melihat Bali, sehingga sektor pariwisata di daerah ini berkembang pesat. Terdapat restoran disepanjang pinggir jalan Kintamani dan hotel yang dibangun di sekitar Toya Bungkah (sumber air panas yang airnya berasal dari jantung gunung berapi). Kaldera, kawah, dan danau terletak berdampingan, dan pemandangan gunung dari desa Penelokan merupakan pemandangan yang sempurna.
Selain wisata yang tumbuh karena keindahan gunung berapi, kaldera, dan air danau juga merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat. Jika anda pergi di sepanjang jalan sempit menuju kaldera, anda akan bertemu truk penuh dengan pasir hitam yang berasal dari kaldera. Mereka adalah penambangan pasir hitam untuk dijual di kota atau bahkan menjualnya ke pulau lain. Air danau adalah sumber utama untuk irigasi untuk pertanian di tepi danau dan juga di desa-desa di dekatnya. Pada dasarnya tanah yang di daerah ini kering, tetapi tanahnya subur karena mengandung beberapa mineral yang datang dari gunung berapi. Jadi jika anda berjalan-jalan di tepi danau, anda dapat melihat kubis hijau tumbuh dan jenis sayuran lainnya. Juga danau adalah rumah untuk beberapa jenis ikan air tawar, sehingga nelayan banyak yang membuat pembenihan ikan di danau untuk menciptakan lingkungan yang layak bagi ikan agar dapat tumbuh sehat. Kemudian ikan-ikan ini disajikan di restoran di sekitar daerah tersebut atau digunakan untuk konsumsi sendiri oleh nelayan-nelayan tersebut.
Rasakan nafas gunung dengan menjadi bagian dari pemandangan yang indah di Gunung Batur.
Gunung Agung - Tertinggi di Bali
Gunung Agung merupakan gunung tertinggi di Pulau Bali. Gunung berapi ini mulanya memiliki ketinggian sekitar 3.142 meter di atas pemukaan laut (dpl), namun setelah meletus pada tahun 1963 diperkirakan ketinggiannya turun menjadi 2.920—3.014 meter dpl. Saat ini, puncak tertinggi Gunung Agung terletak di bagian barat daya, tepat di atas Pura Besakih.
Bagi masyarakat Bali, Gunung Agung adalah gunung suci yang merupakan pertanda keagungan Yang Maha Kuasa. Satu kejadian yang cukup menggemparkan terjadi ketika Gunung Agung meletus pada tahun 1963 dan menewaskan sekitar 1.000 orang serta merusak lebih dari 100.000 rumah penduduk. Namun, anehnya bencana alam tersebut tidak membuat kerusakan yang berarti terhadap Pura Besakih yang letaknya kira-kira hanya 1 km dari kawah Gunung Agung.
Kejadian lainnya, kira-kira 40 hari sebelum bencana letusan Gunung Agung terjadi, pemerintah Indonesia telah mencanangkan event Ekadasa Rudra (perayaan setiap seratus tahun Pura Besakih) pada tanggal 8 Maret 1963 sebagai event kunjungan wisata internasional. Meskipun sejak akhir bulan Februari 1963 Gunung Agung mulai menunjukkan aktivitas yang cukup membahayakan, seperti menyemburkan asap, debu, serta mengeluarkan suara gemuruh, akan tetapi pemerintah Indonesia enggan mengundurkan tanggal penyelenggaraan ritual tersebut. Namun pada akhirnya, event itu ditangguhkan juga hingga tahun 1979 karena alasan keselamatan para wisatawan. Yang cukup mengherankan, letusan dahsyat Gunung Agung baru benar-benar terjadi pada tanggal 17 Maret 1963 (versi yang lain menyebutkan tanggal 18 Maret) setelah para turis meninggalkan lokasi rencana perayaan Ekadasa Rudra tersebut.
Gunung Agung termasuk obyek wisata pendakian terkemuka di Indonesia. Sebagai gunung berapi yang masih aktif, Gunung Agung menyajikan panorama kepulan asap dan semburan pasir dan kerikil dari lubang kawah yang menganga dengan diameter 500 meter. Jika cuaca sedang cerah, dari puncak gunung ini wisatawan dapat menikmati pemandangan kota-kota di sekitarnya. Keindahan alam inilah yang menarik wisatawan untuk mendaki puncak Gunung Agung.Supaya aktivitas pendakian berjalan aman, ada beberapa pantangan yang harus dihindari oleh para pendaki gunung ini. Pantangan pertama adalah mendaki saat berlangsungnya perayaan keagamaan di Pura Besakih maupun Pura Pasar Agung. Pantangan lainnya, bagi wisatawan perempuan sebaiknya tidak mendaki ketika sedang datang bulan. Sebab, menurut kepercayaan masyarakat setempat, apabila dua pantangan tersebut dilanggar akan mengundang musibah.
Gunung Agung terletak di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali, Indonesia. Untuk menuju Gunung Agung via Pura Besakih, wisatawan dapat memulai perjalanan dari Kota Denpasar dengan jarak sekitar 25 km ke arah utara. Alternatif lainnya, wisatawan dapat menempuh perjalanan dari Kota Semarapura (Kabupaten Klungkung) ke Pura Besakih menggunakan angkutan umum (bemo)
Untuk aktivitas pendakian, wisatawan dapat menempuh dua jalur, yaitu rute dari Pura Besakih dan rute dari Pura Pasar Agung. Rute dari Pura Besakih boleh dibilang cukup populer, karena melalui rute ini pendaki akan sampai di puncak tertinggi Gunung Agung. Dari Pura Besakih, wisatawan dapat menempuh perjalanan hingga ke tempat perkemahan dengan waktu tempuh sekitar 4 jam berjalan kaki. Selanjutnya, pendakian terakhir melewati punggung gunung yang cukup datar hingga mencapai puncak/tubir kawah dengan waktu tempuh + 2 jam. Sementara itu, pendakian dari Pura Pasar Agung menuju puncak memakan waktu antara 3—4 jam. Hanya saja jalur pendakian melalui rute Pura Pasar Agung jauh lebih terjal dibandingkan dengan rute Pura Besakih.
Aktivitas pendakian dianjurkan dilakukan pada musim kemarau, antara bulan Juli—September, karena pada musim hujan rute pendakian akan lebih berbahaya, jalan lebih licin, dan suhu di puncak gunung dapat turun secara drastis. Oleh sebab itu, para pendaki juga sebaiknya melengkapi peralatan seperti pakaian tebal untuk menjaga suhu tubuh, lampu senter untuk penerangan, serta makanan dan minuman secukupnya karena total waktu naik-turun gunung dapat mencapai 15—20 jam.
Untuk memudahkan pendakian, wisatawan dapat menyewa jasa pemandu (guide) .Selain itu, apabila wisatawan memerlukan peralatan mendaki, pengunjung dapat menyewanya di sekitar lokasi pendakian. Jika ingin menyewa penginapan untuk istirahat atau sekedar menunggu waktu memulai pendakian, wisatawan dapat menginap di Pura Besakih maupun Pura Pasar Agung atau menyewa losmen di sekitar pura. Untuk memenuhi kebutuhan perut wisatawan jangan khawatir, di sekitar Pura Pasar Agung dan Pura Besakih terdapat warung makan yang menjual makanan khas Bali.Senin, 15 Agustus 2011
Wisata bali
Tempat Wisata Menarik Di Bali
Sebagai daerah tujuan wisata, Bali memiliki beberapa objek wisata yang bisa menjadi pilihan liburan. Berikut informasi singkat tentang tempat wisata bagus dan menarik di pulau dewata.
- Kintamani
Kintamani, yang terletak di kabupaten Bangli, merupakan salah satu tempat wisata favorit pilihan wisatawan baik domestik maupun luar negeri.
Umumnya di hampir semua travel agent atau tour operator di Bali, Kintamani masuk dalam itinerary (rute perjalanan wisata) setelah mengunjungi Batu Bulan (Tari Barong), kawasan wisata Ubud atau Sukawati sebagai pusat perbelanjaan.
Kintamani menawarkan suasana perbukitan yang segar dengan suhu udara sekitar 18 derajat celcius, mirip seperti udara di Bedugul. Daya tarik utama dari kawasan Kintamani adalah pemandangan Gunung dan Danau Batur. Gunung Batur merupakan gunung yang masih berstatus aktif dan tertinggi kedua setelah gunung Agung di Besakih. Suasana terbaik adalah ketika menikmati hidangan santap siang sambil menikmati keindahan danau dan gunung ini yang menyemburkan asap bersahabat.
Tertarik untuk lebih mengenal Kintamani? Sempatkan juga diri anda untuk mengunjungi desa Trunyan yang terletak di dekat danau. Tapi anda mesti menyebrang dengan perahu untuk sampai di sana dengan perjalanan kurang lebih 20 menit. Yang menarik dan unik yaitu cara pemakaman penduduk lokal yang tentunya berbeda dari kelaziman di Bali. Mayat disandarkan di pohon tanpa dikuburkan. Tapi yang unik mayat tidak mengeluarkan bau karena ternetralkan oleh bau harum kayu yang dinamakan Menyan.
- Pantai Dreamland
Pantai Dreamland di kawasan Ungasan, Pecatu terkenal akan pantainya yang indah dan ombaknya yang menantang. Bagi penggila olahraga surfing, tempat ini merupakan favorit. Jangan lewatkan juga untuk mengunjungi tempat wisata di sekitar tempat ini seperti GWK, Pura Uluwatu, Pantai Nyangnyang dan Pantai Suluban...
Pantai ini begitu indah dan tidak sepadat pantai Kuta pengunjungnya. Tentu dengan situasi ini anda akan lebih nyaman dan bisa menikmati suasana pantai yang terkenal sebagai tempat surfing ini.
Dengan perjalanan kurang lebih 30 menit dari Kuta menuju arah Jimbaran kemudian Pecatu, anda akan sampai di sini.
Kawasan pantai dreamland saat ini tengah dikembangkan sebagai kawasan wisata Bali Pecatu Resorts lengkap dengan lapangan golf 18 hole, international schools, rumah sakit internasional, shopping mall dan sarana wisata lainnya. Tentu tidak lama lagi kawasan ini akan menjadi kawasan wisata yang exclusive dan dimanage dengan lebih baik.
- Jalan celuk Karangasem - Singaraja
Dalam perjalanan dari kabupaten Karangasem menuju Buleleng melalui Jalan Celuk, kita dapat menyaksikan keindahan alam berupa pemandangan bebatuan hasil letusan gunung tertinggi di Bali, gunung Agung.Dalam Perjalanan ini akan melalui beberapa objek wisata seperti Amed, Tulamben, Desa Les, Air Sanih dan nikmati pemandangan indah
Tulamben merupakan desa yang berkembang menjadi obyek wisata karena memiliki potensi laut yang beraneka ragam. Terletak di desa Tulamben, kecamatan Kubu, di bagian utara Kabupaten Karangasem sekitar ±25 km dari Kota Amlapura – ibukota kabupaten – , 37 km dari obyek wisata Candidasa, dan sekitar 82 km dari Kota Denpasar.
Akses menuju lokasi mudah dicapai karena letaknya di pinggir jalan raya jurusan Amlapura – Singaraja. Tulamben kemudian dikembangkan menjadi kawasan pariwisata yang meliputi 2 kecamatan, yaitu Desa Tulamben di Kecamatan Kubu; Desa Datah, Desa Labasari, Desa Culik, Desa Purwakerti, dan Desa Bunutan di Kecamatan Abang.
Daya tarik utama Tulamben adalah potensi alam bawah lautnya yang eksotis untuk kegiatan diving dan snorkeling karena kondisi airnya yang jernih sepanjang tahun dan arusnya yang tenang. Pada kedalaman 30 meter di bawah laut terdapat kerangka kapal “ÚS Liberty” , sebuah kapal dagang AS yang karam akibat dihantam torpedo kapal selam Jepang pada tanggal 11 Januari 1942 ketika dalam pelayarannya melintasi Selat Lombok. Menyelam di kedalaman kapal karam Liberty merupakan alasan terbaik para penyelam yang datang ke Tulamben. Diperkirakan ada sekitar 400 spesies ikan karang mendiami kapal karam tersebut dan dikunjungi sekitar 100 spesies ikan laut lepas ( pelagic).
Tempat ini juga disebut paradise reef karena penuh dengan kejutan hewan laut yang muncul, seperti jenis ribbon eel, mimic octopus, boxer crabs, ghost pipefish, seahorse, leaf fish, garden eel, lion fish, harlequin shrimp, dan jenis lain yang tidak biasa juga ditemukan di sini. Sementara kumpulan besar jack fish yang jumlahnya hingga ratusan ekor selalu meramaikan kapal karam ini dan mereka sangat ramah pada penyelam.
- Pasar Seni Sukawati
Dari dulu hingga sekarang, pasar seni Sukawati telah menjadi pilihan favorit tempat belanja bagi wisata wan yang sedang liburan di pulau Bali..
Dengan menempuh perjalanan kurang lebih 1 jam dari Kuta, anda akan sampai di pasar seni ini yang menawarkan berbagai barang seni dengan harga jauh lebih murah dibandingkan tempat lain. Mungkin bisa dibilang sebagai "malioboro"nya Bali.
Barang kerajinan yang beraroma Bali banyak dijual di sini. Mulai baju kaos bermotif Bali, sprei, bingkai photo, dompet dan barang kebutuhan sehari-hari lainnya banyak dijual di sini. Menariknya, bagi yang hobby menawar, keahlian anda bisa diterapkan.
- Ubud
Ubud, yang terletak di kabupaten Gianyar, menawarkan wisata seni dan budaya untuk pengunjungnya.
Semenjak wisata di Bali booming, kawasan Ubud pun berkembangan menjadi sentra untuk hasil kerajinan seni di Bali mulai dari ukiran kayu, kerajinan emas dan perak, lukisan dan seni lainnya. Kehidupan budaya lokal Bali pun masih dijaga kuat di sini.
Tidak heran, di kawasan Ubud banyak dijadikan sebagai tempat belajar seni bagi utamanya wisatawan asing. Mereka tinggal di sini dan sehari-harinya diisi dengan belajar interaksi dengan penduduk lokal.
Desa Mas, di wilayah Ubud, dikenal sebagai pusat penghasil ukiran kayu yang tiada duanya. Hampir di sepanjang jalan dan rumah anda akan menjumpai ukiran seni khas Bali dalam bentuk galeri.
Lain halnya dengan desa Celuk yang dikenal sebagai pengrajin emas dan perak, juga menjadi tempat favorit untuk mendapatkan cinderamata.
Dalam rute perjalanan atau tour, dari Ubud perjalanan anda bisa dilanjutkan untuk mengunjungi Kintamani
Untuk kebutuhan akomodasi, Ubud menawarkan banyak pilihan yang menawarkan "private escape" suasana jauh dari keramaian dengan pemandangan perbukitan yang asri. Diantaranya Pitamaha resorts, Maya Ubud, Four Seasons Sayan Resort dan hotel berkelas internasional lainnya adalah sebagian kecil contoh.
- Uluwatu
Uluwatu yang terletak di ujung selatan pulau Bali menampilkan keindahan pura Uluwatu yang berdiri kokoh di ujung tebing menghadap ke samudra hindia.
Uluwatu, yang terletak di ujung selatan pulau Bali dan mengarah ke samudra Hindia, merupakan tempat wisata yang menawan.
Apa yang menarik untuk dilihat di sini adalah pura yang berdiri kokoh di atas batu karang yang menjorok ke arah laut dengan ketinggian sekitar 50 meter. Di sore harinya sambil menikmati indahnya sunset, anda dapat menyaksikan pementasan tari bali yang terkenal hingga ke manca negara, tari Kecak.
Tidak hanya itu, bagi anda yang senang belajar sejarah, pura yang satu ini sarat akan nilai sejarahnya. Sejarahnya akan diuraikan sebagai berikut :
Dalam beberapa sumber disebutkan, sekitar tahun 1489 Masehi datanglah ke Pulau Bali seorang purohita, sastrawan dan rohaniwan bernama Danghyang Dwijendra. Danghyang Dwijendra adalah seorang pendeta Hindu, kelahiran Kediri, Jawa Timur.
Danghyang Dwijendra pada waktu walaka bernama Danghyang Nirartha. Beliau menikahi seorang putri di Daha, Jawa Timur. Di tempat itu pula beliau berguru dan di-diksa oleh mertuanya. Danghyang Nirartha dianugerahi bhiseka kawikon dengan nama Danghyang Dwijendra.
Setelah di-diksa, Danghyang Dwijendra diberi tugas melaksanakan dharmayatra sebagai salah satu syarat kawikon. Dharmayatra ini harus dilaksanakan di Pulau Bali, dengan tambahan tugas yang sangat berat dari mertuanya yaitu menata kehidupan adat dan agama khususnya di Pulau Bali. Bila dianggap perlu dharmayatra itu dapat diteruskan ke Pulau Sasak dan Sumbawa.
Danghyang Dwijendra datang ke Pulau Bali, pertama kali menginjakkan kakinya di pinggiran pantai barat daya daerah Jembrana untuk sejenak beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan dharmayatra. Di tempat inilah Danghyang Dwijendra meninggalkan pemutik (ada juga menyebut pengutik) dengan tangkai (pati) kayu ancak. Pati kayu ancak itu ternyata hidup dan tumbuh subur menjadi pohon ancak. Sampai sekarang daun kayu ancak dipergunakan sebagai kelengkapan banten di Bali. Sebagai peringatan dan penghormatan terhadap beliau, dibangunlah sebuah pura yang diberi nama Purancak.
Setelah mengadakan dharmayatra ke Pulau Sasak dan Sumbawa, Danghyang Dwijendra menuju barat daya ujung selatan Pulau Bali, yaitu pada daerah gersang, penuh batu yang disebut daerah bebukitan.
Setelah beberapa saat tinggal di sana, beliau merasa mendapat panggilan dari Hyang Pencipta untuk segera kembali amoring acintia parama moksha. Di tempat inilah Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh teringat (icang eling) dengan samaya (janji) dirinya untuk kembali ke asal-Nya. Itulah sebabnya tempat kejadian ini disebut Cangeling dan lambat laun menjadi Cengiling sampai sekarang.
Oleh karena itulah, Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh ngulati (mencari) tempat yang dianggap aman dan tepat untuk melakukan parama moksha. Oleh karena dianggap tidak memenuhi syarat, beliau berpindah lagi ke lokasi lain. Di tempat ini, kemudian dibangun sebuah pura yang diberi nama Pura Kulat. Nama itu berasal dari kata ngulati. Pura itu berlokasi di Desa Pecatu.
Sambil berjalan untuk mendapatkan lokasi baru yang dianggap memenuhi syarat untuk parama moksha, Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh sangat sedih dan menangis dalam batinnya. Mengapa? Oleh karena beliau merasa belum rela untuk meninggalkan dunia sekala ini karena swadharmanya belum dirasakan tuntas, yaitu menata kehidupan agama Hindu di daerah Sasak dan Sumbawa. Di tempat beliau mengangis ini, lalu didirikan sebuah pura yang diberi nama Pura Ngis (asal dari kata tangis). Pura Ngis ini berlokasi di Banjar Tengah Desa Adat Pecatu.
Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh belum juga menemukan tempat yang dianggap tepat untuk parama moksha. Beliau kemudian tiba di sebuah tempat yang penuh batu-batu besar. Beliau merasa hanya sendirian. Di tempat ini, lalu didirikan sebuah pura yang diberi nama Pura Batu Diyi. Juga di tempat ini Danghyang Dwijendra merasa kurang aman untuk parama moksha. Dengan perjalanan yang cukup melelahkan menahan lapar dan dahaga, akhirnya beliau tiba di daerah bebukitan yang selalu mendapat sinar matahari terik. Untuk memayungi diri, beliau mengambil sebidang daun kumbang dan berusaha mendapatkan sumber air minum. Setelah berkeliling tidak menemukan sumber air minum, akhirnya Danghyang Dwijendra menancapkan tongkatnya. Maka keluarlah air amertha. Di tempat ini lalu didirikan sebuah pura yang disebut Pura Payung dengan sumber mata air yang dipergunakan sarana tirtha sampai sekarang.
Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh kemudian beranjak lagi ke lokasi lain, untuk menghibur diri sebelum melaksanakan detik-detik kembali ke asal. Di tempat ini lalu didirikan sebuah pura bernama Pura Selonding yang berlokasi di Banjar Kangin Desa Adat Pecatu. Setelah puas menghibur diri, Danghyang Dwijendra merasa lelah. Maka beliau mencari tempat untuk istirahat. Saking lelahnya sampai-sampai beliau sirep (ketiduran). Di tempat ini lalu didirikan sebuah pura yang diberi nama Pura Parerepan (parerepan artinya pasirepan, tempat penginapan) yang berlokasi di Desa Pecatu.
Mendekati detik-detik akhir untuk parama moksha, Danghyang Dwijendra menyucikan diri dan mulat sarira terlebih dahulu. Di tempat ini sampai sekarang berdirilah sebuah pura yang disebut Pura Pangleburan yang berlokasi di Banjar Kauh Desa Adat Pecatu. Setelah menyucikan diri, beliau melanjutkan perjalanannya menuju lokasi ujung barat daya Pulau Bali. Tempat ini terdiri atas batu-batu tebing. Apabila diperhatikan dari bawah permukaan laut, kelihatan saling bertindih, berbentuk kepala bertengger di atas batu-batu tebing itu, dengan ketinggian antara 50-100 meter dari permukaan laut. Dengan demikian disebut Uluwatu. Ulu artinya kepala dan watu berarti batu.
Sebelum Danghyang Dwijendra parama moksha, beliau memanggil juragan perahu yang pernah membawanya dari Sumbawa ke Pulau Bali. Juragan perahu itu bernama Ki Pacek Nambangan Perahu. Sang Pandita minta tolong agar juragan perahu membawa pakaian dan tongkatnya kepada istri beliau yang keempat di Pasraman Griya Sakti Mas di Banjar Pule, Desa Mas, Ubud, Gianyar. Pakaian itu berupa jubah sutra berwarna hijau muda serta tongkat kayu. Setelah Ki Pacek Nambangan Perahu berangkat menuju Pasraman Danghyang Dwijendra di Mas, Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh segera menuju sebuah batu besar di sebelah timur onggokan batu-batu bekas candi peninggalan Kerajaan Sri Wira Dalem Kesari. Di atas batu itulah, Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh beryoga mengranasika, laksana keris lepas saking urangka, hilang tanpa bekas, amoring acintia parama moksha.
Selain itu kawasan pantai di Uluwatu dengan ombaknya yang cukup besar sangat menantang untuk pencinta olahraga surfing. Tiap tahun event berlevel internasional selalu diadakan di pantai seputaran Uluwatu ini.
- Bedugul
Kawasan wisata Bedugul menawarkan beberapa object wisata yang bisa dikunjungi diantaranya Kebun Raya Bedugul yang menawarkan wisata alam seperti Treetop..
Kawasan wisata Bedugul, yang terletak di kabupaten Tabanan, menawarkan suasana perbukitan yang menyejukkan dan keindahan danau Tamablingan.
Pernah ke Kintamani? Tempat ini juga menawarkan suasana perbukitan dengan suhu sekitar 18 derajat celcius plus danau yang begitu indah.
Untuk menikmati keindahan danau di sini, cukup dengan menyewa speed boat anda dapat berkeliling danau. Dekat dengan danau ini juga anda dapat menikmati hidangan santap siang di restoran lokal dengan menu masakan Indonesia maupun juga internasional.
Lelah bermain di danau? Sejukkan diri anda lagi dengan mengunjungi Kebun Raya Eka Karya Bedugul sambil membeli oleh-oleh berupa strawberry, yang merupakan salah satu sumber pendapatan penduduk setempat.
Kebun Raya ini merupakan salah satu hutan lindung yang berfungsi sebagai paru-paru udara di Bali, sehingga untuk menutup biaya operasional dan perawatan, kawasan ini pun dikomersilkan.
dan masih banyak tempat lain, klik disini
Sebagai daerah tujuan wisata, Bali memiliki beberapa objek wisata yang bisa menjadi pilihan liburan. Berikut informasi singkat tentang tempat wisata bagus dan menarik di pulau dewata.
- Kintamani
Kintamani, yang terletak di kabupaten Bangli, merupakan salah satu tempat wisata favorit pilihan wisatawan baik domestik maupun luar negeri.
Umumnya di hampir semua travel agent atau tour operator di Bali, Kintamani masuk dalam itinerary (rute perjalanan wisata) setelah mengunjungi Batu Bulan (Tari Barong), kawasan wisata Ubud atau Sukawati sebagai pusat perbelanjaan.
Kintamani menawarkan suasana perbukitan yang segar dengan suhu udara sekitar 18 derajat celcius, mirip seperti udara di Bedugul. Daya tarik utama dari kawasan Kintamani adalah pemandangan Gunung dan Danau Batur. Gunung Batur merupakan gunung yang masih berstatus aktif dan tertinggi kedua setelah gunung Agung di Besakih. Suasana terbaik adalah ketika menikmati hidangan santap siang sambil menikmati keindahan danau dan gunung ini yang menyemburkan asap bersahabat.
Tertarik untuk lebih mengenal Kintamani? Sempatkan juga diri anda untuk mengunjungi desa Trunyan yang terletak di dekat danau. Tapi anda mesti menyebrang dengan perahu untuk sampai di sana dengan perjalanan kurang lebih 20 menit. Yang menarik dan unik yaitu cara pemakaman penduduk lokal yang tentunya berbeda dari kelaziman di Bali. Mayat disandarkan di pohon tanpa dikuburkan. Tapi yang unik mayat tidak mengeluarkan bau karena ternetralkan oleh bau harum kayu yang dinamakan Menyan.
- Pantai Dreamland
Pantai Dreamland di kawasan Ungasan, Pecatu terkenal akan pantainya yang indah dan ombaknya yang menantang. Bagi penggila olahraga surfing, tempat ini merupakan favorit. Jangan lewatkan juga untuk mengunjungi tempat wisata di sekitar tempat ini seperti GWK, Pura Uluwatu, Pantai Nyangnyang dan Pantai Suluban...
Pantai ini begitu indah dan tidak sepadat pantai Kuta pengunjungnya. Tentu dengan situasi ini anda akan lebih nyaman dan bisa menikmati suasana pantai yang terkenal sebagai tempat surfing ini.
Dengan perjalanan kurang lebih 30 menit dari Kuta menuju arah Jimbaran kemudian Pecatu, anda akan sampai di sini.
Kawasan pantai dreamland saat ini tengah dikembangkan sebagai kawasan wisata Bali Pecatu Resorts lengkap dengan lapangan golf 18 hole, international schools, rumah sakit internasional, shopping mall dan sarana wisata lainnya. Tentu tidak lama lagi kawasan ini akan menjadi kawasan wisata yang exclusive dan dimanage dengan lebih baik.
- Jalan celuk Karangasem - Singaraja
Dalam perjalanan dari kabupaten Karangasem menuju Buleleng melalui Jalan Celuk, kita dapat menyaksikan keindahan alam berupa pemandangan bebatuan hasil letusan gunung tertinggi di Bali, gunung Agung.Dalam Perjalanan ini akan melalui beberapa objek wisata seperti Amed, Tulamben, Desa Les, Air Sanih dan nikmati pemandangan indah
Tulamben merupakan desa yang berkembang menjadi obyek wisata karena memiliki potensi laut yang beraneka ragam. Terletak di desa Tulamben, kecamatan Kubu, di bagian utara Kabupaten Karangasem sekitar ±25 km dari Kota Amlapura – ibukota kabupaten – , 37 km dari obyek wisata Candidasa, dan sekitar 82 km dari Kota Denpasar.
Akses menuju lokasi mudah dicapai karena letaknya di pinggir jalan raya jurusan Amlapura – Singaraja. Tulamben kemudian dikembangkan menjadi kawasan pariwisata yang meliputi 2 kecamatan, yaitu Desa Tulamben di Kecamatan Kubu; Desa Datah, Desa Labasari, Desa Culik, Desa Purwakerti, dan Desa Bunutan di Kecamatan Abang.
Daya tarik utama Tulamben adalah potensi alam bawah lautnya yang eksotis untuk kegiatan diving dan snorkeling karena kondisi airnya yang jernih sepanjang tahun dan arusnya yang tenang. Pada kedalaman 30 meter di bawah laut terdapat kerangka kapal “ÚS Liberty” , sebuah kapal dagang AS yang karam akibat dihantam torpedo kapal selam Jepang pada tanggal 11 Januari 1942 ketika dalam pelayarannya melintasi Selat Lombok. Menyelam di kedalaman kapal karam Liberty merupakan alasan terbaik para penyelam yang datang ke Tulamben. Diperkirakan ada sekitar 400 spesies ikan karang mendiami kapal karam tersebut dan dikunjungi sekitar 100 spesies ikan laut lepas ( pelagic).
Tempat ini juga disebut paradise reef karena penuh dengan kejutan hewan laut yang muncul, seperti jenis ribbon eel, mimic octopus, boxer crabs, ghost pipefish, seahorse, leaf fish, garden eel, lion fish, harlequin shrimp, dan jenis lain yang tidak biasa juga ditemukan di sini. Sementara kumpulan besar jack fish yang jumlahnya hingga ratusan ekor selalu meramaikan kapal karam ini dan mereka sangat ramah pada penyelam.
- Pasar Seni Sukawati
Dari dulu hingga sekarang, pasar seni Sukawati telah menjadi pilihan favorit tempat belanja bagi wisata wan yang sedang liburan di pulau Bali..
Dengan menempuh perjalanan kurang lebih 1 jam dari Kuta, anda akan sampai di pasar seni ini yang menawarkan berbagai barang seni dengan harga jauh lebih murah dibandingkan tempat lain. Mungkin bisa dibilang sebagai "malioboro"nya Bali.
Barang kerajinan yang beraroma Bali banyak dijual di sini. Mulai baju kaos bermotif Bali, sprei, bingkai photo, dompet dan barang kebutuhan sehari-hari lainnya banyak dijual di sini. Menariknya, bagi yang hobby menawar, keahlian anda bisa diterapkan.
- Ubud
Ubud, yang terletak di kabupaten Gianyar, menawarkan wisata seni dan budaya untuk pengunjungnya.
Semenjak wisata di Bali booming, kawasan Ubud pun berkembangan menjadi sentra untuk hasil kerajinan seni di Bali mulai dari ukiran kayu, kerajinan emas dan perak, lukisan dan seni lainnya. Kehidupan budaya lokal Bali pun masih dijaga kuat di sini.
Tidak heran, di kawasan Ubud banyak dijadikan sebagai tempat belajar seni bagi utamanya wisatawan asing. Mereka tinggal di sini dan sehari-harinya diisi dengan belajar interaksi dengan penduduk lokal.
Desa Mas, di wilayah Ubud, dikenal sebagai pusat penghasil ukiran kayu yang tiada duanya. Hampir di sepanjang jalan dan rumah anda akan menjumpai ukiran seni khas Bali dalam bentuk galeri.
Lain halnya dengan desa Celuk yang dikenal sebagai pengrajin emas dan perak, juga menjadi tempat favorit untuk mendapatkan cinderamata.
Dalam rute perjalanan atau tour, dari Ubud perjalanan anda bisa dilanjutkan untuk mengunjungi Kintamani
Untuk kebutuhan akomodasi, Ubud menawarkan banyak pilihan yang menawarkan "private escape" suasana jauh dari keramaian dengan pemandangan perbukitan yang asri. Diantaranya Pitamaha resorts, Maya Ubud, Four Seasons Sayan Resort dan hotel berkelas internasional lainnya adalah sebagian kecil contoh.
- Uluwatu
Uluwatu yang terletak di ujung selatan pulau Bali menampilkan keindahan pura Uluwatu yang berdiri kokoh di ujung tebing menghadap ke samudra hindia.
Uluwatu, yang terletak di ujung selatan pulau Bali dan mengarah ke samudra Hindia, merupakan tempat wisata yang menawan.
Apa yang menarik untuk dilihat di sini adalah pura yang berdiri kokoh di atas batu karang yang menjorok ke arah laut dengan ketinggian sekitar 50 meter. Di sore harinya sambil menikmati indahnya sunset, anda dapat menyaksikan pementasan tari bali yang terkenal hingga ke manca negara, tari Kecak.
Tidak hanya itu, bagi anda yang senang belajar sejarah, pura yang satu ini sarat akan nilai sejarahnya. Sejarahnya akan diuraikan sebagai berikut :
Dalam beberapa sumber disebutkan, sekitar tahun 1489 Masehi datanglah ke Pulau Bali seorang purohita, sastrawan dan rohaniwan bernama Danghyang Dwijendra. Danghyang Dwijendra adalah seorang pendeta Hindu, kelahiran Kediri, Jawa Timur.
Danghyang Dwijendra pada waktu walaka bernama Danghyang Nirartha. Beliau menikahi seorang putri di Daha, Jawa Timur. Di tempat itu pula beliau berguru dan di-diksa oleh mertuanya. Danghyang Nirartha dianugerahi bhiseka kawikon dengan nama Danghyang Dwijendra.
Setelah di-diksa, Danghyang Dwijendra diberi tugas melaksanakan dharmayatra sebagai salah satu syarat kawikon. Dharmayatra ini harus dilaksanakan di Pulau Bali, dengan tambahan tugas yang sangat berat dari mertuanya yaitu menata kehidupan adat dan agama khususnya di Pulau Bali. Bila dianggap perlu dharmayatra itu dapat diteruskan ke Pulau Sasak dan Sumbawa.
Danghyang Dwijendra datang ke Pulau Bali, pertama kali menginjakkan kakinya di pinggiran pantai barat daya daerah Jembrana untuk sejenak beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan dharmayatra. Di tempat inilah Danghyang Dwijendra meninggalkan pemutik (ada juga menyebut pengutik) dengan tangkai (pati) kayu ancak. Pati kayu ancak itu ternyata hidup dan tumbuh subur menjadi pohon ancak. Sampai sekarang daun kayu ancak dipergunakan sebagai kelengkapan banten di Bali. Sebagai peringatan dan penghormatan terhadap beliau, dibangunlah sebuah pura yang diberi nama Purancak.
Setelah mengadakan dharmayatra ke Pulau Sasak dan Sumbawa, Danghyang Dwijendra menuju barat daya ujung selatan Pulau Bali, yaitu pada daerah gersang, penuh batu yang disebut daerah bebukitan.
Setelah beberapa saat tinggal di sana, beliau merasa mendapat panggilan dari Hyang Pencipta untuk segera kembali amoring acintia parama moksha. Di tempat inilah Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh teringat (icang eling) dengan samaya (janji) dirinya untuk kembali ke asal-Nya. Itulah sebabnya tempat kejadian ini disebut Cangeling dan lambat laun menjadi Cengiling sampai sekarang.
Oleh karena itulah, Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh ngulati (mencari) tempat yang dianggap aman dan tepat untuk melakukan parama moksha. Oleh karena dianggap tidak memenuhi syarat, beliau berpindah lagi ke lokasi lain. Di tempat ini, kemudian dibangun sebuah pura yang diberi nama Pura Kulat. Nama itu berasal dari kata ngulati. Pura itu berlokasi di Desa Pecatu.
Sambil berjalan untuk mendapatkan lokasi baru yang dianggap memenuhi syarat untuk parama moksha, Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh sangat sedih dan menangis dalam batinnya. Mengapa? Oleh karena beliau merasa belum rela untuk meninggalkan dunia sekala ini karena swadharmanya belum dirasakan tuntas, yaitu menata kehidupan agama Hindu di daerah Sasak dan Sumbawa. Di tempat beliau mengangis ini, lalu didirikan sebuah pura yang diberi nama Pura Ngis (asal dari kata tangis). Pura Ngis ini berlokasi di Banjar Tengah Desa Adat Pecatu.
Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh belum juga menemukan tempat yang dianggap tepat untuk parama moksha. Beliau kemudian tiba di sebuah tempat yang penuh batu-batu besar. Beliau merasa hanya sendirian. Di tempat ini, lalu didirikan sebuah pura yang diberi nama Pura Batu Diyi. Juga di tempat ini Danghyang Dwijendra merasa kurang aman untuk parama moksha. Dengan perjalanan yang cukup melelahkan menahan lapar dan dahaga, akhirnya beliau tiba di daerah bebukitan yang selalu mendapat sinar matahari terik. Untuk memayungi diri, beliau mengambil sebidang daun kumbang dan berusaha mendapatkan sumber air minum. Setelah berkeliling tidak menemukan sumber air minum, akhirnya Danghyang Dwijendra menancapkan tongkatnya. Maka keluarlah air amertha. Di tempat ini lalu didirikan sebuah pura yang disebut Pura Payung dengan sumber mata air yang dipergunakan sarana tirtha sampai sekarang.
Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh kemudian beranjak lagi ke lokasi lain, untuk menghibur diri sebelum melaksanakan detik-detik kembali ke asal. Di tempat ini lalu didirikan sebuah pura bernama Pura Selonding yang berlokasi di Banjar Kangin Desa Adat Pecatu. Setelah puas menghibur diri, Danghyang Dwijendra merasa lelah. Maka beliau mencari tempat untuk istirahat. Saking lelahnya sampai-sampai beliau sirep (ketiduran). Di tempat ini lalu didirikan sebuah pura yang diberi nama Pura Parerepan (parerepan artinya pasirepan, tempat penginapan) yang berlokasi di Desa Pecatu.
Mendekati detik-detik akhir untuk parama moksha, Danghyang Dwijendra menyucikan diri dan mulat sarira terlebih dahulu. Di tempat ini sampai sekarang berdirilah sebuah pura yang disebut Pura Pangleburan yang berlokasi di Banjar Kauh Desa Adat Pecatu. Setelah menyucikan diri, beliau melanjutkan perjalanannya menuju lokasi ujung barat daya Pulau Bali. Tempat ini terdiri atas batu-batu tebing. Apabila diperhatikan dari bawah permukaan laut, kelihatan saling bertindih, berbentuk kepala bertengger di atas batu-batu tebing itu, dengan ketinggian antara 50-100 meter dari permukaan laut. Dengan demikian disebut Uluwatu. Ulu artinya kepala dan watu berarti batu.
Sebelum Danghyang Dwijendra parama moksha, beliau memanggil juragan perahu yang pernah membawanya dari Sumbawa ke Pulau Bali. Juragan perahu itu bernama Ki Pacek Nambangan Perahu. Sang Pandita minta tolong agar juragan perahu membawa pakaian dan tongkatnya kepada istri beliau yang keempat di Pasraman Griya Sakti Mas di Banjar Pule, Desa Mas, Ubud, Gianyar. Pakaian itu berupa jubah sutra berwarna hijau muda serta tongkat kayu. Setelah Ki Pacek Nambangan Perahu berangkat menuju Pasraman Danghyang Dwijendra di Mas, Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh segera menuju sebuah batu besar di sebelah timur onggokan batu-batu bekas candi peninggalan Kerajaan Sri Wira Dalem Kesari. Di atas batu itulah, Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh beryoga mengranasika, laksana keris lepas saking urangka, hilang tanpa bekas, amoring acintia parama moksha.
Selain itu kawasan pantai di Uluwatu dengan ombaknya yang cukup besar sangat menantang untuk pencinta olahraga surfing. Tiap tahun event berlevel internasional selalu diadakan di pantai seputaran Uluwatu ini.
- Bedugul
Kawasan wisata Bedugul menawarkan beberapa object wisata yang bisa dikunjungi diantaranya Kebun Raya Bedugul yang menawarkan wisata alam seperti Treetop..
Kawasan wisata Bedugul, yang terletak di kabupaten Tabanan, menawarkan suasana perbukitan yang menyejukkan dan keindahan danau Tamablingan.
Pernah ke Kintamani? Tempat ini juga menawarkan suasana perbukitan dengan suhu sekitar 18 derajat celcius plus danau yang begitu indah.
Untuk menikmati keindahan danau di sini, cukup dengan menyewa speed boat anda dapat berkeliling danau. Dekat dengan danau ini juga anda dapat menikmati hidangan santap siang di restoran lokal dengan menu masakan Indonesia maupun juga internasional.
Lelah bermain di danau? Sejukkan diri anda lagi dengan mengunjungi Kebun Raya Eka Karya Bedugul sambil membeli oleh-oleh berupa strawberry, yang merupakan salah satu sumber pendapatan penduduk setempat.
Kebun Raya ini merupakan salah satu hutan lindung yang berfungsi sebagai paru-paru udara di Bali, sehingga untuk menutup biaya operasional dan perawatan, kawasan ini pun dikomersilkan.
dan masih banyak tempat lain, klik disini