Pages

Minggu, 21 Agustus 2011

Wisata Alam

Wisata Alam di Bali

Kembali ke alam menjadi trend kegiatan pariwisata di Bali. Pulau surga ini menawarkan banyak kemungkinan untuk jenis kegiatan ini. Bali diberkati dengan alam yang indah. Bali memiliki ekosistem alami yang terawat, seperti pantai, pegunungan, danau, air terjun, bukit, air panas alam, hutan, dan lainnya. Wisata alam di Bali sangat menarik untuk dieksplorasi.
Wisata alam di Bali sangat ideal dikunjungi dengan perjalanan sendiri karena terdapat banyak hal yang dapat dieksplorasi di sepanjang perjalanan. Pengunjung ke wisata alam tidak hanya akan memiliki pengalaman yang tak terlupakan, tetapi juga meniggalkan kepuasan tersendiri terhadap lingkungan alam tersebut. Kami bangga menawarkan semua wisata alam di Bali bagi mereka yang memimpikan mengeksplorasi keindahan Bali yang tersembunyi.

Air Terjun Kembar Gitgit, Sempurna untuk Mengagumi Keindahan Alam

Terdapat 10 air terjun di Kabupaten Buleleng. Salah satu yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan adalah air terjun kembar Gitgit atau air terjun Campuhan (Gitgit Twin Waterfall). Nama Gitgit berasal dari nama desa tempat air terjun ini berada.
Dibutuhkan sekitar dua jam untuk mencapai air terjun kembar Gitgit dengan mengemudi dari Denpasar ke Kabupaten Buleleng melalui Bedugul. Melalui jalan berliku setelah Candi Kuning, sayur-mayur dan pasar-pasar tradisional terdapat pada jalan menuju Buleleng, menawarkan pemandangan indah Danau Buyan dan monyet-monyet yang sedang bersantai di pinggir jalan. Monyet-monyet tersebut jinak dan tidak berbahaya, tetapi dapat menjadi sedikit agresif jika anda memberi mereka makan.
Memasuki Desa Gitgit, air terjun kembar Gitgit merupakan air terjun petama yang terletak di sebelah kiri anda. Beberapa orang menyebutkan bahwa jalan ke air terjun ini panjang dan berlikut. Terdapat pula air terjun Gitgit yang terletak tidak terlampau jauh dari air terjun kembar Gitgit.
Dari tempat parkir, memerlukan perjalanan kira-kira 500 meter, di mana anda dapat menemukan beberapa tanaman yang umum di areal perkebunan seperti kakao, kopi, cengkeh, dan pala. Terdapat beberapa kios yang menjual kerajinan tangan dan jalan beton ke loket tiket yang berdiri di tengah-tengah pepohonan. Setelah anda tiba di loket tiket, itu berarti bahwa anda masih memerlukan jarak sekitar 700 meter dari lokasi air terjun yang terkenal ini.
Dengan lahan sawah di sebelah kiri anda dan ngarai hijau di kanan jalan untuk sampai di air terjun yang menyegarkan ini. Suara air terjun telah dapat didengar dari jari 200 meter dan setelah beberapa langkah anda dapat melihat sejumlah besar air jatuh dari ketinggian 45 meter dan menghujam batu-batu besar di bawahnya. Airnya jernih dan dingin, tetapi pada musim hujan menjadi coklat karena bercampur dengan sedimen lumpur sungai. Meskipun airnya dingin, tidak peduli apapun musim, semua orang, baik penduduk setempat dan wisatawan, sering bermain di dalam air tanpa ragu-ragu.
Jika anda siap untuk perjalanan lebih dari jalur utama, dan tentu saja akan lebih banyak berjalan dan petualangan, karena terdapat lagi air terjun di atas air terjun Gitgit. Air terjun ini disebut Colek Pamor. Air terjun Colek Pamor bukanlah daerah wisata untuk turis, karena letaknya yang jauh di dalam hutan. Tidak ada jalan beton untuk mencapai air terjun ini, tetapi jalur yang sempit berlumpur yang digunakan oleh penduduk setempat untuk sampai ke ladang-ladang mereka. Perkebunan kakao, pohon buah, dan bambu terlihat di sepanjang jalan. Sebelum Anda mencapai air terjun, anda akan tiba di bagian atas dari air terjun Gitgit. Pemandangan dari atas sangatlah bagus.
Setelah sungai, anda akan melintasi jembatan bambu yang sederhana, dan trekking sedikit menanjak, akhirnya anda akan menemukan sebuah gubuk yang rusak dengan tulisan air terjun Colek Pamor. Dari gubuk ini, anda hanya dapat melihat sungai dengan air yang tenang dan murni, serta mendengar suara air. Berjalanlah di tepi sungai dan setelah melewati belokan, anda akan menemukan air terjun. Air terjun jatuh dari ketinggian 50 meter dan air ini yang berasal dari gua. Gua adalah jalur air bawah tanah, yang membawa air dari Sungai Buleleng ke Gitgit. Air terjun ini layak untuk dikunjungi. Ini merupakan tempat yang sempurna untuk mengagumi keindahan alam di tengah lingkungan yang tenang.








Monyet di Monkey Forest Ubud

Tepat di seberang Jalan Monkey Forest Ubud, terdapat 27 hektar hutan hijau, Monkey Forest. Wisatawan pergi ke hutan ini untuk memberi makan monyet-monyet yang ada. Hutan ini menawarkan semua kesenangan dari sebuah sirkus, dijamin!
Tetapi hutan ini memiliki lebih dari itu. Di dalam hutan hijau yang sejuk juga dapat ditemukan tiga Pura. Berdampingan dengan Banjar Padang Tegal, juga rumah bagi kegiatan perayaan keagamaan dan upacara.
Legenda menyebutkan bahwa tempat ini pernah menjadi daerah bagi para penganut sekte Siwaisme. Semua yang tersisa sekarang adalah batu suci Linggam dan Yoni, yang merupakan bagian dari Pura suci atau ashram.
Berjalan-jalan di luar tempat wisata menuju sungai yang berada di bagian bawah dan anda akan melihat Pura dari batu dan sebuah jembatan yang dijaga oleh dua patung naga. Seluruh hal tersebut merupakan hal yang agung, pertengahan sore tempat tersebut akan dipenuhi oleh pengunjung.
Apakah anda tertarik dengan budaya Bali atau anda hanya ingin melihat-lihat monyet yang ada, kunjungan ke Monkey Forest Ubud akan selalu mempesona.


 

 

 

 

 

Gunung Batur, Sebuah Gunung Berapi Aktif di Kintamani Bangli

Berdiri dengan tinggi 1.717 meter, Gunung Batur adalah salah satu gunung berapi aktif di Indonesia. Gunung ini memiliki kaldera besar yang dianggap salah satu yang terbesar dan paling indah di dunia. Kaldera ini terbentuk setelah dua letusan besar 29.300 dan 20.150 tahun yang lalu. Gunung hitam kering ini masih memiliki nafas dan memberikan hidup kepada masyarakat di sekitarnya.
Terletak di daerah Kintamani, Kabupaten Bangli, gunung ini telah meletus sebanyak 26 kali sejak 1804. Letusan terbesar adalah pada tahun 1926 yang menyebabkan Desa Batur ditutupi oleh lava. Letusan terakhir terjadi pada tahun 2000, tapi untungnya itu bukanlah letusan yang besar. Jadi Desa Batur yang terletak di sebelah selatan gunung berapi yang ada sekarang adalah sebuah desa baru yang dibangun setelah letusan.
Menurut cerita dalam naskah, Gunung Batur sebenarnya adalah puncak Gunung Mahameru yang dipindahkan oleh Bathara Pasupati untuk menjadikannya sebagai sebuah istana bagi Dewi Danu. Itulah sebabnya masyarakat Bali datang ke Gunung Batur pada hari tertentu dan membuat persembahan di Pura Ulun Danu Batur untuk menghormati Bathara Pasupati dan Dewi Danu sehingga mereka akan memberkati penduduk dengan tanah yang subur dan kemakmuran.
Gunung Batur memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat di sekitar gunung berapi serta semua orang di pulau ini. Gunung Batur merupakan tujuan populer untuk melihat Bali, sehingga sektor pariwisata di daerah ini berkembang pesat. Terdapat restoran disepanjang pinggir jalan Kintamani dan hotel yang dibangun di sekitar Toya Bungkah (sumber air panas yang airnya berasal dari jantung gunung berapi). Kaldera, kawah, dan danau terletak berdampingan, dan pemandangan gunung dari desa Penelokan merupakan pemandangan yang sempurna.
Selain wisata yang tumbuh karena keindahan gunung berapi, kaldera, dan air danau juga merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat. Jika anda pergi di sepanjang jalan sempit menuju kaldera, anda akan bertemu truk penuh dengan pasir hitam yang berasal dari kaldera. Mereka adalah penambangan pasir hitam untuk dijual di kota atau bahkan menjualnya ke pulau lain. Air danau adalah sumber utama untuk irigasi untuk pertanian di tepi danau dan juga di desa-desa di dekatnya. Pada dasarnya tanah yang di daerah ini kering, tetapi tanahnya subur karena mengandung beberapa mineral yang datang dari gunung berapi. Jadi jika anda berjalan-jalan di tepi danau, anda dapat melihat kubis hijau tumbuh dan jenis sayuran lainnya. Juga danau adalah rumah untuk beberapa jenis ikan air tawar, sehingga nelayan banyak yang membuat pembenihan ikan di danau untuk menciptakan lingkungan yang layak bagi ikan agar dapat tumbuh sehat. Kemudian ikan-ikan ini disajikan di restoran di sekitar daerah tersebut atau digunakan untuk konsumsi sendiri oleh nelayan-nelayan tersebut.
Rasakan nafas gunung dengan menjadi bagian dari pemandangan yang indah di Gunung Batur. 

Gunung Agung - Tertinggi di Bali

Gunung Agung merupakan gunung tertinggi di Pulau Bali. Gunung berapi ini mulanya memiliki ketinggian sekitar 3.142 meter di atas pemukaan laut (dpl), namun setelah meletus pada tahun 1963 diperkirakan ketinggiannya turun menjadi 2.920—3.014 meter dpl. Saat ini, puncak tertinggi Gunung Agung terletak di bagian barat daya, tepat di atas Pura Besakih.

Bagi masyarakat Bali, Gunung Agung adalah gunung suci yang merupakan pertanda keagungan Yang Maha Kuasa. Satu kejadian yang cukup menggemparkan terjadi ketika Gunung Agung meletus pada tahun 1963 dan menewaskan sekitar 1.000 orang serta merusak lebih dari 100.000 rumah penduduk. Namun, anehnya bencana alam tersebut tidak membuat kerusakan yang berarti terhadap Pura Besakih yang letaknya kira-kira hanya 1 km dari kawah Gunung Agung.
Kejadian lainnya, kira-kira 40 hari sebelum bencana letusan Gunung Agung terjadi, pemerintah Indonesia telah mencanangkan event Ekadasa Rudra (perayaan setiap seratus tahun Pura Besakih) pada tanggal 8 Maret 1963 sebagai event kunjungan wisata internasional. Meskipun sejak akhir bulan Februari 1963 Gunung Agung mulai menunjukkan aktivitas yang cukup membahayakan, seperti menyemburkan asap, debu, serta mengeluarkan suara gemuruh, akan tetapi pemerintah Indonesia enggan mengundurkan tanggal penyelenggaraan ritual tersebut. Namun pada akhirnya, event itu ditangguhkan juga hingga tahun 1979 karena alasan keselamatan para wisatawan. Yang cukup mengherankan, letusan dahsyat Gunung Agung baru benar-benar terjadi pada tanggal 17 Maret 1963 (versi yang lain menyebutkan tanggal 18 Maret) setelah para turis meninggalkan lokasi rencana perayaan Ekadasa Rudra tersebut.
Gunung Agung termasuk obyek wisata pendakian terkemuka di Indonesia. Sebagai gunung berapi yang masih aktif, Gunung Agung menyajikan panorama kepulan asap dan semburan pasir dan kerikil dari lubang kawah yang menganga dengan diameter 500 meter. Jika cuaca sedang cerah, dari puncak gunung ini wisatawan dapat menikmati pemandangan kota-kota di sekitarnya. Keindahan alam inilah yang menarik wisatawan untuk mendaki puncak Gunung Agung.
Supaya aktivitas pendakian berjalan aman, ada beberapa pantangan yang harus dihindari oleh para pendaki gunung ini. Pantangan pertama adalah mendaki saat berlangsungnya perayaan keagamaan di Pura Besakih maupun Pura Pasar Agung. Pantangan lainnya, bagi wisatawan perempuan sebaiknya tidak mendaki ketika sedang datang bulan. Sebab, menurut kepercayaan masyarakat setempat, apabila dua pantangan tersebut dilanggar akan mengundang musibah.
Gunung Agung terletak di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali, Indonesia. 
Untuk menuju Gunung Agung via Pura Besakih, wisatawan dapat memulai perjalanan dari Kota Denpasar dengan jarak sekitar 25 km ke arah utara. Alternatif lainnya, wisatawan dapat menempuh perjalanan dari Kota Semarapura (Kabupaten Klungkung) ke Pura Besakih menggunakan angkutan umum (bemo)
 Untuk aktivitas pendakian, wisatawan dapat menempuh dua jalur, yaitu rute dari Pura Besakih dan rute dari Pura Pasar Agung. Rute dari Pura Besakih boleh dibilang cukup populer, karena melalui rute ini pendaki akan sampai di puncak tertinggi Gunung Agung. Dari Pura Besakih, wisatawan dapat menempuh perjalanan hingga ke tempat perkemahan dengan waktu tempuh sekitar 4 jam berjalan kaki. Selanjutnya, pendakian terakhir melewati punggung gunung yang cukup datar hingga mencapai puncak/tubir kawah dengan waktu tempuh + 2 jam. Sementara itu, pendakian dari Pura Pasar Agung menuju puncak memakan waktu antara 3—4 jam. Hanya saja jalur pendakian melalui rute Pura Pasar Agung jauh lebih terjal dibandingkan dengan rute Pura Besakih.
Aktivitas pendakian dianjurkan dilakukan pada musim kemarau, antara bulan Juli—September, karena pada musim hujan rute pendakian akan lebih berbahaya, jalan lebih licin, dan suhu di puncak gunung dapat turun secara drastis. Oleh sebab itu, para pendaki juga sebaiknya melengkapi peralatan seperti pakaian tebal untuk menjaga suhu tubuh, lampu senter untuk penerangan, serta makanan dan minuman secukupnya karena total waktu naik-turun gunung dapat mencapai 15—20 jam.
Untuk memudahkan pendakian, wisatawan dapat menyewa jasa pemandu (guide) .Selain itu, apabila wisatawan memerlukan peralatan mendaki, pengunjung dapat menyewanya di sekitar lokasi pendakian. Jika ingin menyewa penginapan untuk istirahat atau sekedar menunggu waktu memulai pendakian, wisatawan dapat menginap di Pura Besakih maupun Pura Pasar Agung atau menyewa losmen di sekitar pura. Untuk memenuhi kebutuhan perut wisatawan jangan khawatir, di sekitar Pura Pasar Agung dan Pura Besakih terdapat warung makan yang menjual makanan khas Bali.


1 komentar:

apapun yang da di Bali bisa dijual sbg wisata, heran aku

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites